Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Anda A1, A2, A3 atau A4?

30 Desember 2021   09:56 Diperbarui: 30 Desember 2021   10:13 6882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak SMA (sumber gambar: https://sman1klaten.sch.id)

Pertanyaan dengan judul di atas, saya ajukan kepada Anda, bukan karena golongan darah atau ukuran kertas yang disukai buat menulis atau menggambar.

Bila anda mengalami model penjurusan dengan sebutan seperti itu, berarti saya dan anda satu era! Ya, itulah sebutan penjurusan masa Sekolah Menengah Atas (SMA) di era 1990-an. 

A1 adalah jurusan Fisika. A2 adalah jurusan Biologi. A3 untuk jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan A4 diperuntukkan untuk jurusan Bahasa.

Sejengkal memori yang masih tersimpan dalam kenangan saya, penjurusan dilakukan pada saat jelang pembagian raport semester 2 kelas 1.

Saat kelas 1, kami semua mempelajari seluruh mata pelajaran. Berdasarkan dari nilai raport dan kuesionar yang diajukan dalam mengumpulkan data berkaitan minat dan bakat, maka pemilihan penjurusan bisa dilakukan.

Penjurusan pun bukan sekedar kemauan siswa tetapi juga saran dan masukan dari pihak sekolah atas pencapaian nilai dari siswa selama mengikuti pembelajaran setahun di sekolah.

***

Anak SMA (sumber gambar: https://www.kalderanews.com)
Anak SMA (sumber gambar: https://www.kalderanews.com)

Alhamdulillah, semasa setahun menimba ilmu di bangku SMA, raport saya memuaskan. Sesuai minat, saya memilih jurusan A3 pada lembar kuesioner dan raport semester 2. Ibu yang saya mintai pendapat dan restunya setelah berdiskusi panjang, jurusan inilah yang saya pilih.

Sempat terjadi diskusi juga dengan wali kelas yang mendorong saya untuk masuk jurusan A2 (Biologi), namun saya menolak dengan alasan yang saya ajukan.

Aih, alih-alih merapal rumus Kimia, Fisika atau nama-nama latin dalam pelajaran Biologi, lebih baik saya merumus barisan not balok dengan nada rendah tinggi, deh! Atau menghafal rumus grammar Bahasa Inggris saya sanggupi sehari semalam. Dan porsi pelajaran itu bisa saya temui di Jurusan A3.

"Semua materi, asal dipelajari dengan tekun dan cermat, bisa kamu kuasai, Nak," Wali Kelas memotivasi saya. "Maaf, Pak Guru, saya lebih suka dan menguasai pelajaran IPS daripada IPA." Dengan memulai dari rasa suka, cinta, maka apapun akan saya lakukan untuk menjadi yang terbaik di bidang tersebut, itu tekad saya semasa era Dilan.

Ya, masa itu, jurusan yang digadang-gadang hebat adalah A1 dan A2. Sekolah saya tak menyelenggarakan jurusan A4. Maka saya optimis mengambil A3, menyuguhkan mata pelajaran yang sangat saya sukai dengan porsi jam pertemuan berlebih daripada jurusan lain.

Akuntansi, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, Sosiologi dan Antropologi, Tata Negara (sekarang Pendidikan Kewarganegaraan), Geografi dan Kesenian, adalah mata 'pelajaran wajib' jurusan kesukaan saya.

Matematika, Pendidikan Moral Pancasila, dan Bahasa Indonesia adalah pelajaran wajib seluruh jurusan yang tentu juga saya sukai untuk mempelajarinya.

***

Ilustrasi oembagain raport ( https://titiknol.co.id)
Ilustrasi oembagain raport ( https://titiknol.co.id)

Dua tahun berjalan, tak terasa jelang kelulusan SMA. Saat itu penilaian berdasarkan Nilai Ebtanas Murni (NEM) dengan berbasis komputer (mengerjakan ujian dengan lembar jawaban berisi kolom bulatan, pake pensil 2B) dan Nilai Ujian Sekolah yang tertera di Surat Tanda Tamat Belajar (STTB - semacam ijazah sekolah).

Alhamdulillah, saya membuktikan kepada diri saya, Ibu dan keluarga, juga para guru, bahwa saya telah berusaha memberikan yang terbaik. Lulus dengan nilai NEM tertinggi di sekolah untuk Jurusan A3 dan diterima di Universitas melalui jalur Penerimaan Selesksi Siswa Berpotensi (PSSB), perjuangan saya tidak sia-sia dengan memilih jurisan IPS yang masih dipandang sebelah mata.

Saya bersyukur atas pengertian dan dukungan dari keluarga dan para guru, yang bisa mengukur dan melihat kemampuan anak didik seperti saya. 

Saya sebagai siswa - kala itu - juga harus mampu mengukur diri atas kemampuan pada bidang yang saya tekuni. Bukan saya tak menyukai pelajaran eksakta, namun pelajaran IPS lebih saya sukai dan kuasai.

Kini, hal-hal yang pernah saya pelajari di sekolah amatlah bermanfaat. Untuk membimbing anak saat mengerjakan tugas sekolah, berbagi ilmu dan cerita kepada siswa les di rumah, bertukar pengalaman dengan orangtua lain.

Apapun kurikulum yang digunakan, keputusan pemilihan penjurusan tetaplah di tangan anak selaku peserta didik. Orangtua dan guru mengarahkan sesuai cita-cita, harapan dan keinginannya untuk meraih masa depan.

Jikalau penjurusan dihapuskan dan siswa diberi kesempatan meramu pilihannya sendiri, boleh juga kok. Zaman makin berkembang, boleh saja menyesuaikan kondisi dan situasi opendidikan di negeri ini yang makin berkembang. Tentunya juag menyesuaikan keadaan sekolah masing-masing di wilayah tertentu.

Namun, belajar semua ilmu yang ada, mendatangkan keberkahan dan in syaa Allah bermanfaat dalam kehidupan anak-anak kelak, sebagai pendidikan sepanjang umur hingga akhir hayat.

Penjurusan di sekolah hanyalah sarana dan prasana agar anak didik fokus dengan minat dan bakatnya. Sebagaimana adanya sekolah yang berbasis agama, seperti sekolah islam terpadu dengan penyelenggaraan fokus tahfidz dan tahsin, hal itu juga memberikan kesempatan kepada anak didik untuk belajar ilmu agama lebih intens dan tetap belajar ilmu pengetahuan lainnya.

Bagaimana dengan pengalaman anda dengan jurusan A1, A2, A3 atau A4 ini?

Saya bangga jadi anak IPS! 

***

#tulisanke-298

#DiarySiskaArtati

#TopikPilihanKurikulumPrototipe

#NulisdiKompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun