Kebiasaan suku Naulu, jika seorang lelaki hendak melamar perempuan, haruslah mempersembahkan penggal kepala manusia sebagai simbol kelaki-lakian. Atas alasan inilah Patik belum menentukan sikap untuk menikah. Bagaimana tidak? ayahnya mati terpacung, akibat penggal kepala manusia.
Keputusan yang sulit diambil, antara kepatuhan pada tata aturan leluhur atau hukum negara yang melarang pembunuhan? Dengan pertimbangan matang, Patik pun bersikap.
Syahdan, hari di mana Patik dinikahkan dan dilantik menjadi kepala suku. Sudah jauh-jauh hari Patik telah menyiapkan syarat-syaratnya. Di atas alta, penggal kepala masih tertutup dengan kain merah.
Seketika Patik tunaikan sumpah dan janjinya, baru kain merah perlahan-lahan di lepas.Yang membuat mereka sontak dan bersedih adalah bukan lagi penggal kepala manusia, melaikan penggalan kepala babi hutan.
Di tengah keheningan upacara, air mata Patik bencucurkan, “ Semoga Ayah dan Upu Kuana, menerima sesembahan ini dan tidak mengutuk kami.” Gumam Patik si kepala suku.*