Sisca Dewi Huang : 86
Hatiku sakit sekali. Tidak disangka, Benny yang aku percayai selama ini mengkhianatiku. Selama ini Benny selalu bilang sayang dan cinta aku. Selalu bersumpah kalau dia tidak akan berpaling kepada yang lain. Selalu bilang lelaki yang mengkhianati pasangannya adalah lelaki yang tidak bertanggung jawab, nanti pasti dapat balasan yang setimpal. Dan begonya aku mempercayainya. Aku percaya sepenuhnya Benny cinta dan sayang padaku, makanya aku tidak pernah menaruh curiga kepadanya.
“Kamu pergi sama cewek ke luar kota ya”, kataku sewaktu dia meneleponku dari luar kota. Sebenarnya aku hanya mengodanya. Aku hanya iseng saja, karena kupercaya penuh kepadanya. Tetapi jawabannya yang terbata-bata dan ingin cepat-cepat memutuskan telepon membuatku curiga.
Setelah selesai telepon, aku segera membuka emailnya. Memang dia tidak pernah merahasiakan password email, ATM & internet banking tabungannya kepadaku. Ternyata kudapati pemberitahuan dari agen tiket di inbox nya, tentang pembelian tiket pesawat atas namanya dan Dea (teman sekantornya). Aku terpukul sekali. Aku tidak menyangka dia akan tega mengkhianatiku. Segera kuraih Handphoneku dan meneleponnya.
”Jelek, kamu jahat sekali! Tega banget kamu mengkhianatiku”, teriakku begitu dia mengangkat handphonenya.
“Ada apa sih, say? Apa sih yang kamu bilang? Kamu kenapa sih begini? Aku tidak mengkhianatimu. Sumpah, ujarnya”.
“Sumpah,,,sumpah. Berani benar kamu ngucapin sumpah. Kamu tidak takut kualat, tidak takut karma. Saya sudah punya bukti. Ternyata kamu pergi ke luar kota dengan Dea. Masih berani kamu sumpah-sumpah, semprotku”.
“Tenang say, itu bisa dijelaskan. Tunggu aku pulang besok, baru aku jelasin”.
“Tidak perlu dijelasin lagi. Aku tidak mau dengar, aku tidak mau ditipu kamu lagi. Kita putus. Besok pulang dari luar kota kita ketemu di café yang biasa kita datangin, akan kupulangkan semua hadiahmu dan cincin pertunangan kita”, seruku sambil mematikan telepon. Aku menanggis semalaman, menyesali kebodohanku.
***
Besoknya kubawa semua hadiah-hadiahnya ke café yang biasa kami datangin. Saat kutiba disana, Benny sudah ada. Langsung kutaruh cincin pertunangan dan semua hadiah pemberiannya ke depannya.
“Nih,,,kupulangkan semua. Kamu jahat, tega banget kamu membohongiku. Aku begitu percaya kepadamu selama ini. Tapi ternyata kamu mengkhianati kepercayaanku. Tega banget kamu mengkhianatiku. Apa aku kurang baik padamu. Apa salahku kepadamu sehingga kamu begitu kepadaku”, jeritku.
“Aku tidak mengkhianatimu, say. Aku tidak bohong. Aku berani bersumpah kalau aku selingkuh, begitu keluar dari café ini, aku akan ditabrak mobil”.
“Aku tidak akan sedih kalau kamu ditabrak mobil, karena kamu jahat kepadaku. Tega-teganya kamu begitu padaku. Selama ini aku tahunya kamu sayang sama aku, tetapi ternyata aku salah”.
“Say,,,jangan emosi begitu. Aku benar-benar cinta dan sayang kamu. Tidak ada yang bisa mengantikanmu di hatiku. Aku benar-benar tidak mengkhianatimu. Aku tidak selingkuh". Kulihat matamu basah. "Aku tidak pernah menanggis. Waktu mamaku dan nenekku meninggal, aku tidak menanggis. Hanya kamu yang bisa membuatku menanggis. Kita jangan putus say, isakmu”.
“Kamu pikir aku bodoh ya. Ini apa, kataku sambil memberikan tiket pesawat yang mencantumkan nama penumpang dia dan Dea di kode booking yang sama. Aku sudah tanyakan ke maskapai penerbangan, katanya dua-duanya boarding. Jadi kamu mau bohong apa lagi?”
“Itu tidak seperti yang kelihatan, say. Aku berani bersumpah, aku sama sekali tidak selingkuh dan tidak membohongimu. Waktu akan membuktikannya nanti, aku tidak akan married dengannya”.
“Ya,,,,itu berarti kamu hanya mau main-main dengannya. Aku percaya kamu sayang dan cinta sama aku. Tapi aku tidak menyangka kamu bisa keluar kota dengan Dea. Kalau memang kalian tidak ada apa-apa, kenapa kamu tidak kasih tahu alasan kalian keluar kota bersama-sama”.
“Aku tidak bisa menjelaskannya. Tapi yang pasti, aku tidak selingkuh dengannya. Kamu harus percaya kepadaku”.
“Tidak,,,aku tidak mau dibohongi lagi. Cukup sudah kebohonganmu selama ini. Kudoakan kamu bahagia, karena jujur kutulus mencintaimu. Aku sangat sayang kamu,,,,aku tidak menyangka kamu akan menyakitiku sampai begitu parah”.
“Say,,,,”. Kulihat kamu menanggis. Kamu berusaha merengkuhku. Tapi kutepis tanganmu.
“Tidak,,,,aku sudah tidak mau dibohongi lagi. Kamu jahat sekali,,,tega-teganya kamu menyakitiku”, isakku.
Setelah kebisuan yang panjang, akhirnya kamu bangun dari dudukmu. Kamu berlutut di depanku. Beruntung suasana café lagi sepi.
“Say, aku berlutut kepadamu. Aku minta maaf kalau aku ada salah”.
Aku tidak mengubrismu. Akhirnya kamu melangkah pergi bersama cincin dan hadiah-hadiah yang telah kupulangkan tadi.
****
Minggu pertama kita putus, rasanya ada yang hilang dalam diriku. Aku begitu mencintaimu. Begitu menyayangimu. Hatiku masih diliputi kesedihan dan luka akibat pengkhianatanmu. Tidak ada gairah dalam hidupku. Tapi aku berusaha mengingatkan diriku. Aku harus kuat, bukan aku yang salah. Kamu yang selingkuh, jadi aku harus bangkit lagi. Tiap malam aku berdoa untuk diberikan ketabahan. Sebelum aku tidur aku merenung tentang kebersamaan kita.
Setelah seminggu putusnya hubungan kita, aku sudah bisa menerimanya. Rasa marahku ke kamu sudah sirna. Aku sudah bisa memaafkanmu. Sudah tidak membencimu dan sudah ikhlas kamu bersama yang lain kalau itu bisa membuatmu bahagia. Asal tahu kamu bahagia, aku sudah ikut bahagia, karena kutahu cinta tidak harus memiliki.
Akhirnya kukirimkan link puisiku di kompasiana dengan judul " Tidak Menyesal Mengenalmu ” ke WhatsAppmu. Kutulis “puisi ini khusus untukmu. Kuingin kamu tahu aku sudah memaafkanmu. Aku tidak membencimu lagi. Kudoakan kamu bahagia dengan pilihanmu. Kalau memang kita tidak bisa bersama lagi sebagai sepasang kekasih, kuharap ini tidak memutuskan pertemanan kita yang sudah berjalan sekian lama”.
Tidak berapa lama ada jawaban darimu. “Dalam setiap doaku, aku tetap mendoakanmu walaupun kamu telah memutuskanku. Aku benar-benar cinta dan sayang banget sama kamu. Selama 2hari setelah diputusin olehmu, aku masuk rumah sakit karena sesak nafas”.
“Kalau kamu memang cinta dan sayang padaku, kamu tidak mungkin selingkuh”, balasku.
“Aku tidak selingkuh. Itu yang harus kamu camkan. Kita sudah bersama sekian lama, masak kamu tidak kenal sifatku. Harusnya kamu percaya kepadaku. Masak kamu tidak bisa merasakan cinta dan sayangku kepadamu selama ini”, balasmu.
“Justru karena aku percaya kepadamu, maka aku shock melihat bukti kepergianmu dengan Dea ke luar kota. Kalau memang kamu tidak ada apa-apa dengan dia, kenapa kamu tidak bisa menjelaskan alasannya?”, balasku lagi.
“Biarlah waktu yang akan membuktikannya. Aku tidak ada apa-apa dengan Dea. Aku tidak bisa menjelaskan alasanku ke luar kota dengannya, karena aku sudah janji dengan Dea. Dia minta aku untuk tidak mengatakan ke siapapun karena ini merupakan aib keluarganya”.
“Ya kalau memang itu keputusanmu, aku tidak bisa apa-apa. Berarti kamu lebih memilih menepati janjimu ke Dea daripada mempertahankan kebersamaan kita yang sudah begitu lama”, tutupku.
Tidak lama teleponku berbunyi, ternyata dari Benny. Ku angkat teleponnya. “Say, kita ketemuan ditempat biasa. Aku akan menjelaskan kenapa aku ke luar kota dengan Dea. Kalau penjelasanku bisa memulihkan hubungan kita, aku terpaksa harus mengingkari janjiku kepada Dea. Nanti aku akan minta maaf kepadanya karena telah mengingkari janji”.
***
“Say, aku minta maaf kalau aku melukaimu. Aku minta maaf karena tidak jujur kepadamu, tetapi aku berani sumpah aku tidak selingkuh. Aku tidak ada apa-apa dengan Dea. Aku ke luar kota karena keluarga Dea mau menjual bengkel bubutnya karena bangkrut. Aku bermaksud untuk membelinya. Karena ini merupakan aib keluarganya, Dea meminta aku untuk tidak cerita ke siapapun. Karena sudah terlanjur janji kepadanya, makanya kutidak cerita ke kamu. Maafkan aku say. Kita baikkan lagi ya. Aku benar-benar sayang kamu”.
“Kamu harusnya cerita ke aku. Aku kan bukan orang lain. Waktu pertama kita berhubungan, bukankah kita sudah sepakat untuk saling jujur dan tidak ada rahasia diantara kita”, tukasku.
“Ya, aku akui aku salah kali ini. Aku minta maaf. Maafkan aku ya. Aku janji mulai sekarang akan jujur kepadamu. Tidak akan merahasiakan apapun kepadamu. Kita baikan lagi ya say”, ucapmu memelas.
Kutatap matamu. Kutemukan ketulusan dan pancaran cinta di matamu. Akhirnya kuanggukkan kepalaku. Kamu segera merengkuhku dalam pelukanmu. Tidak berapa lama kamu mengeluarkan cincin pertunangan kita yang telah kukembalikan hari itu dan menyematkan ke jari manisku.
“Aku sayang dan cinta kamu, say”, bisikmu.
“Aku juga sayang dan cinta kamu, jelek”, sahutku.
Jakarta, 02 Oktober 2015
Salam, Sisca Dewi
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H