"Jadi, apa kesimpulanmu?"
Aku ternganga. "Tak mungkin!"
"Apa yang tak mungkin? Awas ada lalat yang masuk ke dalam mulutmu," goda Kakek Fandi. Ia mengedipkan mata kirinya dengan jenaka.
"Masa roh nenek moyang kita ialah harimau jadi-jadian?"
Kakek Fandi tersenyum misterius. "Apa pun mungkin di dunia ini. Roh nenek moyang bisa menampilkan diri dalam wujud apa pun. Kebetulan roh nenek moyang yang melindungimu memilih wujud harimau saat menampakkan diri padamu."
"Aku tetap tak mengerti. Apakah kita keturunan manusia harimau? Cool!" Sahutku antusias.
"Dasar tukang berkhayal! Memangnya kau pernah berubah menjadi harimau?"
Aku menggelengkan kepala dengan sedih. Pupus sudah khayalanku.
Kakek Fandi mengerutkan kening. "Aku berharap roh nenek moyang tetap melindungimu saat berhadapan dengan anak iblis. Tapi, tentu kau tetap harus berhati-hati dan tidak hanya mengandalkan 100% roh nenek moyang."
"Lalu, bagaimana cara memanggil roh nenek moyang saat keadaanku terdesak?"
"Pijakkan kaki kananmu tiga kali sembari berkata seperti ini. Maung pundung datang derung. Tulung abdi katurunan pituin anjeun. Ridhona Gusti Allah Swt. (Harimau marah datanglah. Tolong saya yang merupakan keturunan asli Anda. Ridho-nya Allah Swt.)"