"Ray, kau memiliki topeng hitam ini sejak kapan?"
"Aku lupa. Mungkin sudah beberapa tahun."
"Desain topengnya unik. Aku belum pernah lihat topeng yang buatannya sehalus ini."
"Ini custom. Irma, sahabatku zaman SMU, yang mendesainnya."
"Ir...irma?"
"Ya, Irma. Mengapa wajahmu pucat pasi?
"Tak apa. Mungkin karena aku belum makan malam."
"Ikut saja denganku dan Tama. Banyak makanan enak di pesta topeng. Kita akan memburu hantu perempuan. Pak Burhan, pemilik Gedung Aoi, merasa sangat terganggu dengan hantu yang sering mengganggu pengunjung. Kau tahu kan Gedung Aoi? Letaknya dekat dengan tempat les Bahasa Inggris-mu."
Ranko bergeming. Kenangan pertemuan dengan Irma di gang menyeramkan langsung terbayang lagi di benaknya. Ia mengerutkan kening. Apakah Ray bisa membunuh orang? Rasanya mustahil. Tapi bagaimana dengan barang-barang yang tadi Ranko temukan?
"Ayo cepat kita berangkat! Pakailah topeng ini!" Seruku sembari melemparkan topeng cantik berbulu hijau ke pangkuan Ranko yang malah merenung. Aku mengerutkan kening. Tak biasanya Ranko banyak melamun seperti ini.
Tama, si kucing hantu melayang di udara. Kedua kaki depannya menyentuh kedua tangan Ranko dan mengajaknya berdansa, "Ranko, kita akan bersenang-senang."