"Aku tak suka hantu pemarah dan pengancam. Pergi dari hadapanku!"
"Jangan melindungi orang yang bersalah! Ingatlah itu! Jika kau mempercayaiku, berikan Jurnal Hantu itu padaku. Kau tak ingin ada korban lain, bukan?"
    "PERGI!" Teriak Ranko. Ia melempar bantal ke arah Irma.
     "Kau akan menyesal! Camkan itu!"
***
Ranko terkesiap. Ia merogoh lemari pakaian dan menemukan bungkusan kain katun di sudut lemari. Tangannya gemetar ketika membuka bungkusan tersebut. Ia hampir tak mempercayai matanya. Ada sebilah pisau, beberapa wig rambut asli perempuan, dan beberapa lembar foto perempuan. Jantung Ranko berdetak kencang. Bukankah ini foto-foto korban pembunuhan berantai? Dan ada beberapa foto perempuan yang tak ia kenali
TAP TAP TAP
TAP TAP TAP
Terdengar suara langkah kaki yang menaiki tangga. Secepat mungkin Ranko merapikan bungkusan tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam lemari pakaian.
"Ranko, kaukah itu?" Tanyaku.
"Ya, aku sedang membaca buku komik di kamarmu. Teh Ira yang mempersilakanku masuk," sahut Ranko. Di pangkuannya tampak sebuah komik One Piece No. 5.