Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jurnal Hantu, Bab 25 - Terjebak

24 September 2024   02:16 Diperbarui: 24 September 2024   02:43 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.

"Tadi kan sudah kuperiksa. Tak ada cacat."

"Tolong kau periksa sekali lagi," sahut Ranko bersikeras. Ia menunjukkan mutiara laut tersebut dari segala arah. Aku merasa diriku ikut tergelinding.

Sosok yang menguasai tubuhku melihat mutiara tersebut sekilas dengan tak peduli. "Sempurna. Mutiara laut memang permukaannya tak akan sesempurna mutiara sintetis."

Ranko merengut. Ia menggosok mutiaranya dengan penuh kasih sayang. "Tolong pakaikan kalung ini."

Aku terkesiap ketika melihat tangan sosok itu hendak mencengkeram leher Ranko, tapi urung karena Ranko mendesis. "Nah, sudah," seru sosok itu. Ia mengaitkan kalung emas berleontin tersebut dengan tangan agak gemetar. Anehnya, apa yang sosok itu rasakan, aku juga bisa merasakannya. Aku merasakan debaran jantungnya ketika melihat leher jenjang Ranko.

"Ran, Ranko, kau bisa melihatku?" Tanyaku panik. Aku melambaikan tangan dengan heboh. Ranko kan indigo. Tentu ia bisa melihat roh halusku terjebak di dalam mutiara laut. Ternyata harapanku sia-sia. Ranko malah asyik berbincang dengan diriku yang ternyata bukan diriku. Ah, mata Ranko berbinar aneh. Apa ia juga masih di bawah pengaruh jin ular? Membingungkan! Bagaimana caranya aku kembali ke tubuhku? Tama, tolonglah aku!

***

Dua pasang mata memandang Tuan Kamizawa dari kegelapan. Mata tersebut berbinar seperti mata hewan. Untuk sejenak Tuan Kamizawa terperanjat.

"Ranko, Ray, apa yang sedang kalian lakukan di dapur gelap-gelapan seperti ini. Mengapa kalian tak menyalakan lampu padahal sudah jam 8 malam?" Tanya Tuan Kamizawa sembari menyalakan saklar lampu dapur. "Ke mana Pak Rangga?"

Ranko dan Ray bergeming. Mereka menyeringai dan memamerkan gigi taring mereka yang berlumuran darah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun