Aku mengerjapkan mata. Tiba-tiba pocong merah muda menampakkan diri.
    "Eh, ada pocong perempuan?" Tanyaku heran.
   "Pocong perempuan apa? Sudah jelas pocongnya pria berkumis tebal seperti singa laut. Kau ini perlu kacamata, ya?" hardik Ranko.
  Aku terkekeh. Hanya sedetik, tawaku berubah menjadi ringisan. Pocong yang super sensitif itu membuatku terjungkal ke belakang hanya dengan menatapku.
    "RAY, AWAS!" Seru Ranko.
   Pocong itu melemparkan kursi taman ke arahku. Tapi, aku berhasil meloloskan diri dengan berlari menjauh. Belum sempat aku mengucapkan mantera pengusir hantu, pocong itu bersiap melompat jauh menuju ke arahku. Kemudian, ia menghilang. Dan ia menampakkan diri dengan jarak yang lebih dekat denganku.
  Aku sangat panik. Tiba-tiba pocong itu sudah melayang di hadapanku. Kain kafannya sama sekali tak menyentuh tanah. Matanya seperti bola api.
   Pocong itu semakin mendekat. Aku bisa merasakan napasnya yang sepanas api neraka. Aku berusaha mundur dan tak sengaja menginjak bola-bola yang lunak dan basah. Apakah ini? Apakah itu? Rasanya, seperti pertanyaan beruntun pada Petualangan Dora. Tapi, berbeda dengan Dora, pengalamanku sangat menyeramkan karena saat kulirik, bola yang kuinjak ialah kepala orang. Tepatnya, kepala pocong yang ukurannya seperti kepala anak-anak. Kepala-kepala pocong itu terbang melayang di sekitarku. Mata mereka berpijar seperti bola kristal hijau.
   Karena terlampau terkejut, aku menendang kepala-kepala pocong tersebut yang langsung menghantam dinding gazebo. Ada 3 kepala pocong berwarna merah muda. Untungnya, setelah kutendang, kepala-kepala pocong tersebut langsung terbang melayang dan lenyap.
  Aneh juga. Apakah pocong-pocong ini menonton film Barbie sehingga mereka semua menggunakan kain kafan berwarna merah muda?