"Kalian harus putus. Kau memberi pengaruh jelek."
"Tapi kami sudah melakukan hubungan suami istri. Saya tak ingin putus."
"Sungguh tak patut kau yang lebih tua 2 tahun tak mempertimbangkan hukum di negara kita. Kami bisa saja menuntutmu dengan pasal pelecehan seksual. Siti masih berusia 17 tahun. Jika ia hamil, kalian harus menikah. Tapi jika tak hamil, kalian harus putus. Masa depan Siti masih panjang. Tak perlu dirusak oleh pemuda sepertimu. Sekarang juga Siti harus pulang. Ibunya terus-menerus menangis."
"Ta...tapi saya tak ingin putus. Saya sangat mencintai Siti."
Pak Doni mendengus. "Jika kau sangat mencintai Siti, kau tak akan mengambil keperawanannya begitu saja. Kau sangat egois. Siti harus bersekolah. Selain itu, keluarga besar kami tak setuju akan hubungan kalian. Ayahmu itu renternir. Haram hukumnya memakan uang riba. Biarlah keluarga besar kami menanggung aib yang kau lemparkan ke muka kami. Siti kami terlalu berharga untukmu."
Ridho tertegun. Ia sangat menyesal. Tapi penyesalan selalu datang terlambat.
Rani memang tak hamil karena Ridho. Tapi ia harus membayar mahal. Pernikahannya dengan Eros penuh pertengkaran karena Rani tak mengakui dirinya sudah tak gadis. Walaupun pernikahan mereka dikarunia 2 anak, tapi Eros tega menceraikannya demi perempuan lain.
***
Rani tersenyum manis pada Danar. Setelah sekian tahun penuh rasa dendam pada pria, di usia ke-40 tahun Rani baru menyadari ia sudah melakukan kesalahan besar dengan menyakiti banyak hati. Entah berapa pernikahan yang hancur karena dirinya.
Mengapa Rani tak mau berdamai dengan dirinya sejak dulu? Sungguh sia-sia tahun penuh rasa dendam itu. Walaupun ia memperoleh materi, hidupnya hambar. Rasa bahagia jauh dari dirinya.
Sekarang segalanya akan berbeda. Rani sangat mencintai Danar yang mau menerima dirinya apa adanya.