Olif bertugas mendokumentasikan pelatihan itu dan mempresentasikan cara memasarkan suvenir pertanian dengan marketing 4.0. Sementara Rudi, Alang, dan Danar bertugas mengadakan penyuluhan pertanian pada para petani dan membentuk kelompok tani yang bisa saling berbagi informasi melalui WhatsApp group.Â
Kesulitannya, tak semua petani memiliki handphone. Hal ini harus dibicarakan lebih lanjut dengan Pak Uut, Kepala Desa Pelangi yang kumisnya selebat hutan belantara dan sanggup membuat iri tikus mana pun. Mungkin bisa diajukan proposal ke bagian CSR perusahaan telekomunikasi.
"Ayo ikut aku ke rumah dr Odi yang terletak di tepi sungai."
Olif mengangkat alisnya dengan penuh tanya. "Tak mengajak yang lainnya? Amy? Ia pasti senang jika diajak ke rumah dr Odi."
Rudi mengeluh. "Aku tak tahan dengan gadis yang sedang dimabuk asmara itu. Cukup sudah aku mendengar rengekannya tentang dr Odi setiap kali kami berpapasan. Ia ingin sekali aku mencomblanginya dengan dr Odi karena aku cukup dekat dengan si dokter. Kami memang saling berkomunikasi, tapi itu sebatas program KKN.
 Aku tak mau Amy mengganggu ketenangan dr Odi dengan segala tetek bengek cinta. Kembali ke topik pembicaraan kita, dr Odi baru saja men-WhatsApp-ku. Ia mengusulkan kita untuk melakukan program anti stunting.Â
Kebetulan ia memiliki kenalan yang ingin mendonasikan uang dalam jumlah yang cukup besar. Jadi, kelompok KKN kita bertugas untuk memasak makanan sehat dan mendistribusikannya. Rencananya, program ini akan dilakukan setiap hari Rabu. Bagaimana menurutmu?"
"Kau tak menanyakan opini anggota kelompok KKN lainnya?"
"Sudah. Aku sudah menshare masalah ini ke WA group. Mereka semua setuju. Kau tak membacanya?"
"Baterai handphone-ku low batt."
"Baiklah. Kita berangkat sekarang. Dokter Odi akan memberikan uang donasi sehingga kita bisa memulai program anti stunting ini minggu depan. Kita juga akan pergi ke rumah Pak Kades untuk meminta data balita dan anak-anak kecil di Desa Pelangi."
