"Vino, tidak bisakah kamu menemui Adelia sekali saja?" Tanya Paman Malik.
"Paman, Adelia telah berbohong padaku."
"Tidak bisakah kau memaafkannya? Ia menangis ketika Paman berkata kamu tidak ingin menemuinya."
"Paman tidak tahu apa-apa."
Paman Malik menarik napas. Remaja memang sulit dimengerti.
"Jika kamu tidak memberitahu Paman, bagaimana Paman bisa mengetahuinya."
Vino menghindari tatapan Paman Malik yang menginterogasi. Kemudian, ia berbisik, "Adelia seorang pria."
"Apa? Suaramu kecil sekali."
"ADELIA SEORANG PRIA," teriak Vino dengan wajah merah padam.
Paman Malik terbahak-bahak. Kadang-kadang Vino, keponakannya yang satu ini, begitu jenaka.
"Paman jahat. Paman malah menertawakanku."