Terimakasih ya om, oia.....om, Ratna mana?
Ratna kan hari sudah berangkat ke Jogja, untuk mendaftar kuliah.
Ratna adalah keponakan ku yang memang akrab denganku, ia anak ke 4 empat dari tante Ratna, baru lulus juga SMA, ia sekolah di salah satu SMA favorite di Kota ini.
Ratna ambil fakultas apa Tante?, keinginannya ambil kedokteran sedangkan Papanya ingin Ratna melanjutkan kuliah di fakultas hukum biar bisa meneruskan jejak papanya sebagai Jaksa.
Suami Tante Ratna bernama Aditya, om Aditnya bekerja sebagai Aparatur Penegak Hukum (APH) yaitu Jaksa, Om Aditnya memang berharap ada salah satu dari anaknya meneruskan jejaknya yaitu menjadi seorang Jaksa. Tak ada satupun anak dari om Adit memiliki minat untuk melanjutkan jejak orangtuanya, anaknya yang pertama bernama Kak Dika, iya lulusan Teknik Sipil dan sekarang bekerja disalah satu perusahaan milik daerah di Kota kami, anaknya yang kedua Kak Sofi ia lulusan Ilmu Politik bekerja di salah satu lembaga survei di Ibu Kota, anak ketiga Kak Sadam ia lebih lulusan fakultas teater yang menurutku orang-orang yang lulus dari jurusan teater tersebut bisa menjadi seorang artis seperti Sujiwo Tejo, tetapi tidak dengan Kak Sadam, ia lebih memilih mendirikan sanggar seni dan teater bersama teman-temannya waktu kuliah.
Tak lama kemudian acara syukuran pun dimulai dengan dibacakannya susunan acara oleh pembawa acara yang kebetulan pembawa acaranya adalah pemuda masjid dilingkungan tempat kami tinggal. Satu persatu susunan acara tersebut sudah selesai dibacakan oleh pembawa acara dan telah juga dilaksanakan, acara syukuran pun telah usai, satu persatu saudara-saudara dari Ayah dan Bunda pun pulang.
Aaaaah......inilah saatnya untuk aku merebahkan badanku sejenak dari pagi hingga sore belum istirahat. Akupun berbaring dalam kamarku yang berwarnakan semua biru, ya.....aku memang suka warna biru, konon menurut mbah Google perempuan yang menyukai warna biru dikenal memiliki pribadi yang tenang tidak mudah terprovokasi. Hm.....entah benar atau tidak tapi disatu sisi keterangan mbah Google itu ada benarnya juga. Aku memang tidak mudah terprovokasi walaupun ada misalnya omongan-omongan miring tentang aku di kampus waktu aku kuliah, karena memang aku anaknya cupu, menggunakan hijab yang memang tidak seperti perempuan berhijab sekarang bisa dibilang tidak modis, punya teman tidak banyak tetapi omongan-omongan itu aku anggap angin lalu saja. Dalam aku merebahkan badanku yang memang cukup capek setelah seharian kurang istirahat, aku teringat wajangan Ayah dalam acara syukuran tadi.
Ananda siti, sekali lagi orangtuamu mengucapkan selamat atas kelulusanmu, atas prestasimu dikampus, ayah dan bunda bangga kepadamu anak kamu bisa menyelesaikan kuliah diluar target yaitu 3,5 tahun kamu telah lulus dan menyandang Sarjana Ilmu Komunikasi dengan nilai cumlaude, tapi nak......pesan dari ayah dan bunda dengan prestasi kamu yang bagus di kampus kamu tidak boleh sombong kamu tetap harus rendah diri anak, kamu harus bisa menjadi teladan bagi keluarga besar kita. Semua hanya titipan Allah nak, semua yang kamu miliki seperti kepintaran kamu bisa diambil oleh Allah nak. Dekati Tuhan mu yaitu Allah, mohon ampun ketika kamu berbuat khilaf, ucapkan rasa syukurmu kepada Allah terhadap apa yang telah Allah berikan kepadamu nak. Ketika orangtuamu kelak dipanggil oleh Allah, kamu jangan harapkan warisan yang berlimpah dari kami nak, kami selaku orangtuamu hanya mewariskan ilmu nak, sebab hanya warisan itulah yang bisa dibawa sampai mati. Sekali lagi ayah dan bunda ucapkan selamat untuk ananda Siti.
Itulah wejangan seorang Ayah kepada anak perempuan semata wayangnya. Tak sadar mungkin karena lelahnya, akupun tertidur hingga menjelang waktu solat Magrib.
Siti.....Siti......Naaaak.....bangun ayo bangun kita solat magrib berjamaah anak.....
Terdengar sayup-sayup suara bunda membangunkan ku.......