Mohon tunggu...
sir sutan
sir sutan Mohon Tunggu... Pengacara - Pengacara

Hiking, Caving and Outdoor Sport

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Massage and Spa Undercover "Siti Tak Perduli" Bagian 1

25 Juni 2022   21:07 Diperbarui: 26 Juni 2022   19:48 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HARI YANG DINANTIKAN

Tali topi wisuda yang berada di sebelah kiri telah dipindahkan oleh rektor ke sebelah kanan, secara seremonial telah resmilah seorang mahasiswa dan mahasiswi lulus selain mendapatkan ijazah. Hari itu tampak wajah bahagia orangtua dari semua mahasiswa yang menyaksikan anaknya wisuda putra-putrinya termasuk orangtua siti (bukan nama sebenarnya). Siti yang mengambil kuliah ilmu komunikasi disalah satu perguruan tinggi di Sumatera sangatlah bahagia memperoleh nilai cumlaude, terutama ayahnya, sosok lelaki yang selalu dibanggakan oleh Siti terlihat meneteskan air mata kebanggaan melihat anak semata wayangnya lulus dengan predikat nilai cumlaude dan menjadi salah satu mahasiswi terbaik di fakultasnya.

Selamat ya nak.......ucapan bangga seorang ayah kepada cinta pertamanya yaitu anaknya sambil memeluk erat tubuh anaknya. Ia ayah.......semuanya berkat doa serta kerja keras ayah dan bunda yang tiada hentinya mendidik Siti hingga seperti ini.......

Banyak dari keluarga Siti yang datang untuk menyaksikan ia wisuda, banyak pula ucapan selamat yang diterima Siti baik dari saudara-saudaranya maupun teman-temannya.

Hei......Siti, selamat ya akhirnya kita lulus juga.......iya bang, selamat ya untuk abang akhirnya lulus juga setelah lama menjabat predikat koboy kampus, hehehehe....... ucap Siti kepada Romi yang memang senior di tempat ia kuliah. Romi adalah anak fakultas ilmu komunikasi sama dengan Siti, tetapi Romi telat lulus karena memang aktif di organisasi pecinta alam di Kampus, selain itu Romi juga salah satu anggota aktif dari organisasi pergerakan mahasiswa di kampusnya.

Sosok Romi memang selalu dikagumi oleh mahasiswa ataupun mahasiswi tetapi bukan karena kagum dengan sosoknya yang gagah, ataupun ganteng, tetapi pemikiran-pemikirannya yang revolusioner menurut sebagian besar mahasiswa yang ada dikampus. Selain itu Romi pun memiliki banyak akses ke pejabat-pejabat yang ada di tempat ia kuliah, baik itu pejabat kampus maupun pejabat daerah.

Mahasiswa dan mahasiswi yang wisuda pun akhirnya pulang satu persatu karena memang acara sudah usai dan sesi poto bersama keluarga serta teman-teman pun sudah selesai, termasuk Siti beserta keluarganya melangkah kan kaki menuju tempat parkir untuk menaiki mobil dinas ayahnya. Ayah Siti bernama Agus (bukan nama sebenarnya), ibu Siti bernama Rista (bukan nama sebenarnya). Orangtua Siti bekerja disalah satu Dinas di Kota tempat ia tinggal, ayah siti pun mengenal sosok Romi seniornya Siti di Kampus, karena memang Romi pernah berjasa di Kota tersebut dengan idenya yang berhasil direalisasikan oleh pemerintah daerah setempat mengenai usul untuk membuat Radio pemerintah daerah, karena memang pada saat itu Kota yang ia tinggali belum ada radio yang dimiliki oleh pemerintah daerah, adapun radio itu hanya milik orang perorangan/swasta.

Mobil pun dinyalakan oleh Ayah dan langsung melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah karena keluarga besar dari ayah dan bunda yang tidak hadir dalam acara wisuda Siti telah menunggu di rumah untuk mengadakan syukuran.

Oia nak........ayah mau tanya, Romi itu orang mana aslinya?, tanya sang Ayah kepada Siti di dalam perjalanan pulang menuju ke rumah.

Romi aslinya orang Jawa Ayah, memangnya kenapa ayah?

Memang Romi dikampusnya seperti apa?, kok kamu tadi memanggil ia koboy kampus?

Romi itu anaknya kritis yah, dia aktif di UKM dan organisasi pergerakan di Kampus.

Sepertinya Romi suka tu sama kamu, sela bunda nya Siti sambil tersenyum.

Ah......Bunda, ngga bunda, kami berdua hanya dekat sebatas teman Bunda, dan Siti sering juga sharing-sharing mata kuliah dengan bang Romi karena memang bang Romi anaknya baik sama siapapun di kampus.

Nak......sudah saatnya kamu untuk memilih pautan hati ke kamu, kepada siapa kamu kelak akan bersandar, yang terpenting dia seiman dan bisa menerima segala kekuranganmu........timpal Ayah.

Ia ayah.....Insya Allah Siti akan ketemu dengan jodoh Siti dan pasti akan Siti kenalkan kepada Ayah dan Bunda untuk menilai dan memutuskan seperti apa calon pasangan Siti dan apakah layak ia untuk menjadi imam Siti kelak.

Lama berbincang-bincang dengan Ayah dan Bunda, kami pun sampai di rumah dan seluruh keluarga besar dari Ayah dan Bunda telah menyambut dengan bahagia dan ucapan selamat. Serta nampak seorang pemuka agama yang memang sengaja diundang oleh Ayah untuk memimpin doa dalam acara syukuranku.

Selamat ya sayang, ucap Tante Nina kepadaku, beliau adalah adik dari Ayah.

Iya Tante terimakasih banyak ya Tante.

Oia.....mana pendamping wisudamu?, kok ga diajak kesini?

Hehehehe.....tante, Siti belum punya pendamping wisuda.

Siti selamat ya, ucap adik dari Ayah ku bernama Rizal.

Terimakasih ya om, oia.....om, Ratna mana?

Ratna kan hari sudah berangkat ke Jogja, untuk mendaftar kuliah.

Ratna adalah keponakan ku yang memang akrab denganku, ia anak ke 4 empat dari tante Ratna, baru lulus juga SMA, ia sekolah di salah satu SMA favorite di Kota ini.

Ratna ambil fakultas apa Tante?, keinginannya ambil kedokteran sedangkan Papanya ingin Ratna melanjutkan kuliah di fakultas hukum biar bisa meneruskan jejak papanya sebagai Jaksa.

Suami Tante Ratna bernama Aditya, om Aditnya bekerja sebagai Aparatur Penegak Hukum (APH) yaitu Jaksa, Om Aditnya memang berharap ada salah satu dari anaknya meneruskan jejaknya yaitu menjadi seorang Jaksa. Tak ada satupun anak dari om Adit memiliki minat untuk melanjutkan jejak orangtuanya, anaknya yang pertama bernama Kak Dika, iya lulusan Teknik Sipil dan sekarang bekerja disalah satu perusahaan milik daerah di Kota kami, anaknya yang kedua Kak Sofi ia lulusan Ilmu Politik bekerja di salah satu lembaga survei di Ibu Kota, anak ketiga Kak Sadam ia lebih lulusan fakultas teater yang menurutku orang-orang yang lulus dari jurusan teater tersebut bisa menjadi seorang artis seperti Sujiwo Tejo, tetapi tidak dengan Kak Sadam, ia lebih memilih mendirikan sanggar seni dan teater bersama teman-temannya waktu kuliah.

Tak lama kemudian acara syukuran pun dimulai dengan dibacakannya susunan acara oleh pembawa acara yang kebetulan pembawa acaranya adalah pemuda masjid dilingkungan tempat kami tinggal. Satu persatu susunan acara tersebut sudah selesai dibacakan oleh pembawa acara dan telah juga dilaksanakan, acara syukuran pun telah usai, satu persatu saudara-saudara dari Ayah dan Bunda pun pulang.

Aaaaah......inilah saatnya untuk aku merebahkan badanku sejenak dari pagi hingga sore belum istirahat. Akupun berbaring dalam kamarku yang berwarnakan semua biru, ya.....aku memang suka warna biru, konon menurut mbah Google perempuan yang menyukai warna biru dikenal memiliki pribadi yang tenang tidak mudah terprovokasi. Hm.....entah benar atau tidak tapi disatu sisi keterangan mbah Google itu ada benarnya juga. Aku memang tidak mudah terprovokasi walaupun ada misalnya omongan-omongan miring tentang aku di kampus waktu aku kuliah, karena memang aku anaknya cupu, menggunakan hijab yang memang tidak seperti perempuan berhijab sekarang bisa dibilang tidak modis, punya teman tidak banyak tetapi omongan-omongan itu aku anggap angin lalu saja. Dalam aku merebahkan badanku yang memang cukup capek setelah seharian kurang istirahat, aku teringat wajangan Ayah dalam acara syukuran tadi.

Ananda siti, sekali lagi orangtuamu mengucapkan selamat atas kelulusanmu, atas prestasimu dikampus, ayah dan bunda bangga kepadamu anak kamu bisa menyelesaikan kuliah diluar target yaitu 3,5 tahun kamu telah lulus dan menyandang Sarjana Ilmu Komunikasi dengan nilai cumlaude, tapi nak......pesan dari ayah dan bunda dengan prestasi kamu yang bagus di kampus kamu tidak boleh sombong kamu tetap harus rendah diri anak, kamu harus bisa menjadi teladan bagi keluarga besar kita. Semua hanya titipan Allah nak, semua yang kamu miliki seperti kepintaran kamu bisa diambil oleh Allah nak. Dekati Tuhan mu yaitu Allah, mohon ampun ketika kamu berbuat khilaf, ucapkan rasa syukurmu kepada Allah terhadap apa yang telah Allah berikan kepadamu nak. Ketika orangtuamu kelak dipanggil oleh Allah, kamu jangan harapkan warisan yang berlimpah dari kami nak, kami selaku orangtuamu hanya mewariskan ilmu nak, sebab hanya warisan itulah yang bisa dibawa sampai mati. Sekali lagi ayah dan bunda ucapkan selamat untuk ananda Siti.

Itulah wejangan seorang Ayah kepada anak perempuan semata wayangnya. Tak sadar mungkin karena lelahnya, akupun tertidur hingga menjelang waktu solat Magrib.

Siti.....Siti......Naaaak.....bangun ayo bangun kita solat magrib berjamaah anak.....

Terdengar sayup-sayup suara bunda membangunkan ku.......

Iya bunda, jawabku sambil menggeliat dan membuka selimutku karena memang AC kamarku sengaja aku kecilkan temperaturnya.

Tak sempat aku mandi, karena memang sore biasanya aku mandi, mungkin karena ini badan capek banget seharian tadi tidak tidur siang jadi kelewat untuk mandi sore. Aku bangkit dari tempat tidurku dan keluar dari kamar ku untuk wudhu, terlihat Ayah yang telah menungguku dengan mengenakan baju koko, peci di kepala dan kain sarungnya, serta Bunda yang telah mengenakan mukena.

Setelah mengambil wudhu, mengenakan mukena dan menghamparkan sajadah di samping Bunda, Ayah pun memulai solat Magrib bersama kami.

Allahu Akbar..........

Bismillahirrahmanirrahim.......

Suara merdu Ayah terdengar saat melantukan ayat-ayat suci Al Quran ketika mengimami kami solat Magrib tiga rakaat.

Ayah dan Bunda memang taat dalam Agama, bahkan Ayah bisa dikatakan sosok memang bisa dikategorikan sangat taat dalam Agama. Ayah tidak pernah tinggal puasa sunnah senin dan kamis. Oia......Aku dan Bunda dahulu pernah memberikan kejutan untuk Ayah pada usia Ayah ke 55 tahun, Aku dan Bunda memesankan kue di salah satu toko bakery di Kota ini, seperti layaknya orang ulang tahun ada adegan tiup lilin, dan kami pun melakukan itu, kami meminta Ayah untuk meniup lilin yang berbentuk angka 5 dan angka 5, setelah Ayah meniup lilin Aku dan Bunda pun disuruh duduk.

Ananda dan Istri Ayah tercinta, cukup satu kali ini merayakan ulang tahun ya, karena di Agama kita tidak diajarkan seperti ini apalagi tiup lilin, kita bukan kaum Pagan yang penyembah api, ucap Ayah.

Dari situlah aku dan bunda tidak pernah lagi merayakan ulang tahun Ayah.

Setelah solat Magrib seperti biasa kami semua duduk di ruang makan untuk makan malam bersama. Bunda yang setia dengan Ayah dan menjadi Istri terbaik Ayah terlihat mengambilkan Ayah nasi dan lauk untuk Ayah makan. Semoga kelak aku bisa menjadi sosok seorang Istri seperti Bunda. Aamiin.

Biasanya setelah rutinitas solat Magrib berjamaah, makan malam bersama, kami selalu sempatkan untuk berkumpul di ruang keluarga sambil bersenda gurau atau ngobro-ngobrol hal-hal yang ringan sebelum masuk kamar masing-masing.

Siti.....setelah lulus ini apa rencana kamu kedepannya?, tanya bunda kepadaku

Siti mau kerja dulu bunda, setelah kerja Siti insya Allah ingin kuliah lagi dengan gaji yang Siti terima dari hasil kerja.

Rencananya kamu bekerja dimana nak?, tanya ayah kepadaku.

Apabila Ayah dan Bunda berkenan dan mengizinkan Siti, Siti ingin kerja diluar pulau Sumatera.

Contohnya?, ayah kembali bertanya.

Jakarta yah.

Nak.....kamu yakin dengan ucapan kamu tersebut?, tidak kamu pertimbangkan terlebih dahulu?, kamu anak kami satu-satunya sayang, apalagi kamu ini perempuan.

Ayah.....Siti hanya menyampaikan opsi yah, apapun keputusan Ayah dan Bunda akan Siti turuti, tidak akan Siti bantah sedikitpun.

Betul apa kata ayahmu itu anak......kamu adalah sangat berharga bagi kami nak, kami tidak ingin terjadi sesuatu denganmu nak.

Iya bunda, Siti paham dan Siti akan menurut apapun keputusan Ayah dan Bunda.

Yasudah.....sudah larut malam juga, Siti tidurlah nak, jangan lupa solat Isya terlebih dahulu, ayah dan bunda mau bicara empat mata sebelum tidur.

Baik ayah, Assalamualaikum.......

Walaikumsalam.....jawab ayah dan bunda.

Sebenarnya dalam hati kecilku sangat ingin bekerja di Jakarta untuk megimplementasikan ilmu yang ku dapat selama di bangku kuliah, tapi disisi lain aku tak ingin menjadi membantah ayah dan ibu apalagi mengecewakan mereka berdua. Ah......sudahlah, apapun hasil dari pembicaraan Ayah dan Ibu, aku akan terima dengan lapang dada, aku yakin rezeki pasti ada saja dari Allah ketika kita mau berusaha, sekarang saatnya untuk solat Isya lalu tidur karena jarum jam sudah tepat jam 21.00 Wib.  

Nama-nama tokoh dalam cerita ini sengaja tidak mencantumkan nama yang sebenarnya guna melindungi privacy dari narasumber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun