Mohon tunggu...
Inovasi

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, di Situlah Cintaku Berlabuh

26 Februari 2018   07:04 Diperbarui: 26 Februari 2018   07:10 6319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

"Setelah itu, dia diusir dari sana. Diusir dari tanah asal keturunannya. Tetapi meskipun dia diusir, hatinya tetap dan teguh, sebab ada seorang perempuan - menurut keterangannya sendiri - yang telah memberi bujukan kepadanya, yang telah berjanji akan menunggunya..." (Hal.41)

Tidak disangka, ternyata setelah kepergian Zainuddin, Hayati memiliki kesempatan untuk pergi bertemu dengannya kembali dengan cara mengunjungi rumah temannya di Padang Panjang, yaitu Khadijah. Khadijah adalah teman lama Hayati, mereka bersepakat untuk bertemu di rumah Khadijah dan pada saat itu akan ada pacuan kuda. Di tempat tersebut Zainuddin tinggal, serasa hati sudah berbunga-bunga karena akan bertemu dengan pujaan hatinya. Namun kesempatan tersebut sirna, mereka bahkan hanya bisa bertemu sesaat karena Hayati diajak pergi oleh kakak Khadijah, yaitu Aziz. Aziz merupakan seorang lelaki yang gagah, berpendidikan, kaya, namun disayangkan dia lelaki yang tempramen dan suka menghambur-hamburkan uang.

"Baru saja dia sampai, telah disambut oleh Khadijah dan ibunya bersama seorang saudara nya laki-laki yang selama ini bekerja di Padang. Seorang anak laki-laki yang gagah dan tangkas pula, yang perlop dari pekerjaannya buat beberapa hari lamanya. Aziz namanya." (Hal.51)

"Aziz amat pandai berpura-pura. Menurut pendapatnya, segala perempuan itu sama saja, sama-sama permainan laki-laki, yang mana pun boleh dipermainkan." (Hal.59)

"Semasa Aziz tinggal di Padang masih dapat dia meminta uang ke pada ibunya kalau dia tekor atau meminjam kian kemari. Sekarang hidup di rantau. Berapa kali hutangnya kepada orang yang suka mentemakkan uang..." (Hal.112)

Di sana Hayati didandani dengan gaya ala kota. Sungguh terkejutnya Zainuddin ketika melihat Hayati yang sebelumnya berpakaian tertutup menjadi pakaian terbuka seperti itu. Kesempatan yang dimiliki Hayati dan Zainuddin tidak seperti yang mereka bayangkan, karena hadirnya orang ketiga, Aziz yang juga tertarik oleh kecantikan Hayati. Setelah kejadian tersebut, Zainuddin sudah tidak bisa bertemu lagi dengan Hayati. Ternyata Aziz dan keluarganya melamar Hayati dan meminangnya.

"Pada waktu yang telah ditentukan, setelah genap mupakat Aziz dengan keluarganya, disuruhlah seorang suruhan yang bijak menyampaikan permintaan kepada kaum kerabat Hayati, membawa sirih nan secabik, pinang dan segetap.  Sampai di Batipuh diterima dengan pribahasa yang halus-halus oleh kaum Hayati; maklumlah mengadu malu dengan budi." (Hal.65)

Dalam novel ini pengarang sangat kreatif karena mengisahkan cerita diberbagai tempat. Dari mulai di Mengkasar, Padang Panjang Batipuh, Surabaya, Rumah Zainuddin, serta Pelabuhan Tanjung Priok.

"Bilamana Zainuddin telah sampai ke Padang Panjang, negeri yang ditujunya, telah diteruskannya perjalanan ke Dusun Batipuh, karena menurut keterangan orang tempat dia bertanya, di sanalah negeri ayahnya yang asli." (Hal.17)

"Oh, tuan Aziz! Dan Rangkayo Hayati! Sudah lama tinggal di kota Surabaya ini?" (Hal.105)

"Bang Muluk!" katanya beberapa saat kemudian, setelah menyapu air matanya. "Saya akan berangkat ke Jakarta dengan kereta api malam nanti, pukul 9 besok pagi sampai di Tanjung Periuk." (Hal.132)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun