Artinya: Â Â
        Â
Pada 8 September: Meski banyak pohon-pohon tinggi, 'pendropan lagi'. Banyak makanan (diturunkan dari udara oleh pilot Bob). Masih berjalan di hutan rimba, hutan rimba, dan hutan rimba lagi! Malamnya sangat dingin. Menurut pilot, kami berkemah di ketinggian 3000 meter.
Hari ini kondisi jalan tidak mungkin: kadang-kadang kami melewati di atas batang pohon yang melintang, kadang-kadang di bawah batang pohon, kami melihat bahwa "jalan" ini telah dilalui, dan kami juga menemukan pekas perapian yang sudah ditinggalkan.
Setelah beberapa jam kami telah mencapai di tempat perkebunan orang Dani (ini di dekat kampung Tangumsili, perkebunan orang Yali ). Beberapa saat kemudian kami melihat sebuah rumah dan dari sana seorang pria yang sedang mengurus kayu bakar.Â
Saya mendekati perlahan-lahan dan berdiri di depannya, ia menyelinap mulutnya terbuka lebar- dan hampir tidak bisa menutupnya lagi. Kami saling berpelukan - sebuah jembatan (hubungan) telah dibangun. Dia secara sukarela mengikuti bersama kami dan menunjukkan jalan kepada kami.Â
Mulai hujan deras lagi. Secara berlahan hari mulai gelap dan lelaki itu tidak mau lagi menemani kami. Kami hampir putus asa karena perjalanan masih panjang. Apakah bangun rumah lagi? Saya mendesak untuk terus berjalan. Akhirnya! melihat sebuah kampung sudah di depan kita! Beberapa orang lari ketakutan saat mereka melihat kami. Orang Yali atau Dani? Mereka termasuk suku apa?
Kami membuat api lagi untuk menghangatkan diri dan mengeringkan pakaian kami yang sudah basah. Sambungan radio ke Wamena tidak mungkin lagi hari itu" (Bentz 1989: 37).
Peristiwa yang digambarkan oleh Misionaris Bentz di atas adalah peristiwa yang pernah terjadi pada tanggal 8 September 1965 di dekat kampung Pong atau Tangumsili. Seorang Pria Yali yang mereka bertemu itu adalah Suhana Funangi, asal Panggema saat itu tinggal di Pong.Â
Tempat yang mereka tidur itu bukan kampung Pong, tetapi sebuah tempat yang bernama Siriki, sebelah barat dari Pong. Mereka melewati kampung Pong pada pagi hari, tanggal 9 September waktu mereka dalam perjalanan menuju Yeruk dan tidur di Hunduhukusi, di tepi sungai Habie. Helmut Bentz tidak menulis banyak peristiwa lain yang terjadi di kampung Pong, karena mereka tidak lama di situ.
Tetapi, orang-orang yang pernah bertemu dan melihat mereka di Pong pasti memiliki cerita sendiri.Â
Ada beberapa informan asli orang Pong menjelaskan kepada saya bahwa orang-orang Pong pernah memberikan makanan kepada Bentz dan rombongannya, makanan seperti pisang masak dan tebu, dan pernah menawarkan mereka untuk bermalam agar bisa masak babi untuk makan bersama.Â
Jelas pertemuan mereka ini penting, kisah versi orang Pong ini bagian dari sejarah. Akan tetapi, hal-hal ini tidak ditulis oleh Bentz dalam bukunya sebagai sumber sejarah resmi atau sumber utamanya itu.Â