Sawerigading digambarkan sebagai seorang kapten kapal yang perkasa. Ia berlayar menuju negeri Cina dengan sebuah kapal. Di sana ia meminang seorang putri Cina yang bernama We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri itu, Sawerigading hendak kembali ke kampung halamannya, Luwu. Namun, menjelang masuk perairan Luwu, kapalnya diterjang ombak besar. Terbelahlah kapal itu menjadi tiga. Ketiganya terdampar di Desa Ara, Tanah Beru, dan Tanah Lemo. Masyarakat ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapalnya menjadi kapal baru yang dinamakan pinisi. Konon, kata ini diambil dari nama seseorang, yaitu Pinisi.
"Begitu menurut legenda dalam naskah La Galigo, Gatta," jelas sang ayah.
"Apa itu naskah La Galigo, Bapa?" tanya Gatta lagi. Rasa ingin tahunya seperti tak pernah habis.
"Itu adalah naskah Bugis klasik yang ditulis pada abad ke-13 dan 14. Saat itu Kerajaan Bugis sedang berkembang pesat, anakku."
"Oh, begitu..." Gatta mengangguk-angguk tanda mengerti.
Dalam keremangan malam, rangka kapal pinisi tetap terlihat gagah di ujung dermaga sana. Tubuhnya bersandar pada tiang-tiang kayu. Ayah Gatta adalah salah seorang pengrajin kapal itu, sementara kakeknya adalah kepala tukang atau yang disebut punggawa. Sepanjang hari Gatta tak pernah berhenti memperhatikan, bagaimana orang-orang Bugis itu membuat pinisi. Ia juga akan membuatnya suatu hari nanti.
Pinisiku terbuat dari kayu terhebat
Tak lapuk dimakan ombak, tak landai diterjang badai
Aku adalah kapten bagi kapalku
Berlayarlah aku jauh, kapal melayar...
Kepada sahabat hatiku tertambat
"Ini kapal untukmu, Tuan."
Di dermaganya ku 'kan berlabuh
...
"Mari kita pulang, Syailendra," ujarnya sambil menutup buku. Pak Salman tak menangis lagi. Ia telah mengisahkan semuanya kepada Syailendra. Ceritanya, rahasianya. Mungkin, aku yang akan menangis sekarang.
"Andra ngantuk, Kakek. Gendong..."
Kakek dan cucu itu meninggalkan ruang perpustakaan. Aku tak dimasukkannya lagi ke dalam laci meja kerja. Dibawanya aku ikut serta, dalam genggaman tangan Syailendra, cucu Pak Salman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H