"Ya memang. Kami disuruh jadi supporter teman-teman yang lomba makanya tidak boleh ke perpustakaan. Sekarang bagaimana mau jadi supporter kalau lombanya sudah kalah semua."
Pak Joni terdiam. "Iya juga ya," pikirnya.
"Ya, kamu bisa buat kegiatan lain. Kan temanmu banyak tuh. Pasti ada ide," timpalnya sambil membuka pintu perpustakaan.
"Bosan, Pak." Pak Joni masih mendengar sahutan siswa tadi.
"Siang Pak Andi. Ikutan baca ya," sapa guru muda tersebut pada pustakawan sekolah. Ia mengedarkan pandangan. Perpustakaan tidak seratus persen minus siswa. Gilbert duduk sendiri sementara dari jendela kaca pembatas lia meihat sosok Eko menelungkup di meja di ruangan baca.
"Lho, Gilbert, sedang test susulan?" tanya Pak Joni. Anak muda itu menggeleng.
"Lagi nungguin Eko," jawabnya
"Eko?" tanya Pak Joni. Ia teringat pembicaraannya dengan Pembina OSIS, dan Bu Wanti, wali kelas Gilbert.
"Bukankah..." Ucapanku terhenti.
"Memang apa yang terjadi?" tanyaku berlagak tidak tahu.
"Itu Pak, Eko kesal. Semestinya dia main futsal, tapi malah digantikan. Dan sekarang kelas kami didiskualifikasi."