Pengertian Kurikulum
Secara bahasa, "kurikulum" berasal dari bahasa Inggris yakni "curriculum" yang diorientasi dari bahasa Yunani "curir" yang berarti pelari, dan "curere" yang berarti tempat berpacu.
Secara umum, kurikulum merupakan suatu perangkat mata pelajaran yang terdiri atas program studi yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan, dimana terdapat beberapa rancangan pelajaran yang akan diperoleh oleh peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan.
Lebih lanjut mengenai istilah "kurikulum" yang digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, memiliki makna sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mendapatkan ijazah atau untuk dapat naik tingkat. Kurikulum dapat didefinisikan juga sebagai keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.
Arti lain dari kurikulum merupakan suatu sistem rencana dan pengaturan isi serta bahan pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. Kurikulum adalah suatu perangkat mata pelajaran yang ada pada suatu lemabaga pendidikan yang digunakan sebagai arahan proses belajar mengajar agar dapat berjalan dengan baik dan juga teratur.
Adapun kurikulum menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller
Kurikulum merupakan semua hal yang dapat berpengaruh pada proses pembelajaran, yang mencakup metode belajar, program studi, cara mengevaluasi murid, bimbingan serta penyuluhan, supervisi dan administrasi, dan hal-hal lain yang struktural yang terkait dengan waktu, jumlah ruangan dan juga kemungkinan memilih mata pelajaran.
2. John Foxton Kerr
Kurikulum merupakan seluruh sistem pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu maupun kelompok, baik di dalam sekolah maupun diluar sekolah.
3. UU No. 20 Tahun 2003
Kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi serta bahan pembelajaran dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan nasional.
Jenis-Jenis Kurikulum
Dilihat dari sudut pandang guru atau pengajar pembimbing, kurikulum terbagi ke dalam beberapa jenis, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Open curriculum (kurikulum terbuka)
Yakni guru atau pengajar memiliki kebebasan dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan kemampuannya.
2. Close curriculum (kurikum tertutup)
Yakni kurikulum yang sudah ditetapkan secara pasti mengenai tujuan, materi, metode, serta evaluasinya sehingga guru hanya tinggal melaksanakan saja.
3. Guide curriculum (kurikulum terbimbing)
Yakni kurikulum yang setengah terbuka dan setengah tertutup. Dengan kata lain rambu-rambu pengajar atau guru sudah ditentukan dalam kurikulum, akan tetapi guru masih tetap diberikan kemungkinan untuk mengembangkan lebih lanjut dalam teks.
Menurut Nasution, kurikulum terbagi menjadi tiga jenis, berikut penjelasannya:
1. Separated curriculum (kurikulum terpisah)
Yakni jenis kurikulum yang terdiri dari mata pelajaran yang terpisah-pisah. Data-data yang ada dalam mata pelajaran terpisah atau masing - masing. Pembentukan separated curriculum ini berlandaskan pada pengalaman dan juga budaya manusia sepanjang masa yang kemudian disederhanakan dan disusun secara logis. Kemudian dilakukan sesuai dengan usia peserta didik.
Adapun kelebihan dari separated curriculum ini adalah sebagai berikut:
- Memudahkan guru dalam melaksanakan kurikulum
- Mudah dilaksanakan, direncanakan, dan mudah dilakukan perubahan jika sewaktu-waktu ada perubahan
- Materi pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis.
Sedangkan kekurangan dari separated curriculum adalah sebagai berikut:
- Kurang mengacu pada masalah-masalah yang dijumpai oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
- Perkembangan dan pertumbuhan peserta didik tidak terlalu harmonis
- Sedikit kurang mengikuti perkembangan zaman
- Hanya menekankan pada pengembangan intelektual dan kurang memperhatikan faktor-faktor lain.
2. Correlated curriculum (kurikulum korelatif)
Yakni kurikulum yang menghubungkan antara satu pelajaran dengan pelajaran yang lain. Dalam jenis kurikulum ini mata pelajaran dikaitkan dan disusun dengan sedemikian rupa serta diperkuat antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak berdiri sendiri.
Ada beberapa cara yang harus ditempuh untuk memadukan mata pelajaran tersebut, diantaranya adalah dengan menggunakan korelasi sebagai berikut:
- Korelasi okasional atau insidental yakni korelasi yang diadakan sewaktu-waktu jika terdapat hubungannya
- Korelasi etis yakni korelasi yang tujuannya untuk mendidik budi pekerti sebagai pusat pembelajaran kemudian diserap dari pendidikan agama atau budi pekerti
- Korelasi sistematis yakni korelasi yang disusun langsung oleh pengajar atau guru
- Korelasi informal yakni kurikulum yang disusun dengan cara kerjasama antara beberapa guru dan menghubungkan pelajaran yang diampu oleh satu guru dengan guru lainnya
- Korelasi formal yakni kurikulum yang terlebih dahulu sudah direncanakan oleh guru atau tim
- Korelasi meluas yakni korelasi yang memadukan beberapa bidang studi dan memiliki ciri khas yaitu saling mendekati.
3. Integrated curriculum (kurikulum terpadu)
Yakni kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara terpadu, seperti contoh IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) yang merupakan perpaduan dari mata pelajaran ekonomi, sosiologi, geografi, sejarah.
Kelebihan dari integrated curriculum adalah
- Materinya saling berkaitan
- Kurikulum sesuai dengan teori belajar berdasarkan pengalaman, kesanggupan dan juga minat dari peserta didik.
Kekurangan dari integrated curriculum adalah
- Organisasi kurikulum kurang sistematis
- Pelaksanaan agak sedikit rumit.
Komponen-Komponen Kurikulum
Menurut Ralph W. Tyler dalam bukunya Basic Principles of Curriculum and Intruction (1949), yakni salah satu buku yang sangat berpengaruh dalam pengembangan kurikulum, mengajukan empat pertanyaan pokok, di antaranya:
- Tujuan apa yang harus dicapai sekolah?
- Bagaimanakah memilih bahan pelajaran guna mencapai tujuan itu?
- Bagaimanakah bahan disajikan agar efektif diajarkan?
- Bagaimanakah efektivitas belajar dapat dinilai?
Adapun komponen-komponen kurikulum terdiri dari 4, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
Yakni tujuan yang berkaitan dengan hasil yang diharapkan dari suatu proses pembelajaran. Seperti kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, keterampilan dan lain sebagainya.
2. Isi atau Materi
Yakni berhubungan dengan berbagai macam aspek, termasuk materi pelajaran atau kegiatan peserta didik yang terarah dan sesuai dengan tujuan pendidikan.
3. Strategi Pelaksanaan
Yakni berkaitan erat dengan metode, pendekatan, dan peralatan yang digunakan dalam proses pelaksanaan kurikulum supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
4. Evaluasi
Yakni berhubungan dengan proses penilaian terhadap tingkat ketercapaian tujuan dan efektivitas suatu kurikulum dalam proses pembelajaran. Sehingga dengan evaluasi ini dapat ditentukan apakah kurikulum ini dapat di pertahankan atau tidak atau dapat diperbaiki lagi agar menjadi lebih baik.
Fungsi Kurikulum
Ada beberapa fungsi kurikulum diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Integrasi
Yakni suatu alat pendidikan yang dapat menciptakan individu-individu yang utuh serta dapat diandalkan dan mampu berintegrasi di masyarakat umum.
2. Fungsi Penyesuaian
Yakni suatu kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungan yang dinamis.
3. Fungsi Differensiasi
Yakni suatu alat yang dapat memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan pada setiap murid yang mesti dihargai dan dilayani.
4. Fungsi Persiapan
Yakni suatu alat pendidikan yang dapat mempersiapkan para siswa ke jenjang pendidikan berikutnya, dan juga dapat mempersiapkan diri agar dapat hidup dalam masyarakat.
5. Fungsi Pemilihan
Yakni adanya suatu kesempatan bagi para siswa untuk memilih program belajar sesuai dengan minat dan bakatnya.
6. Fungsi Diagnostik
Yakni sebagai alat pendidikan yang dapat memahami serta mengarahkan potensi para siswa, dan dapat memahami kelemahan dirinya serta memperbaikinya.
Manfaat Kurikulum
Pada hakikatnya kurikulum bermanfaat untuk mengarahkan proses belajar mengajar demi mencapai tujuan pendidikan nasional dengan baik. Ada beberapa manfaat kurikulum diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Kurikulum Untuk Guru
- Sebagai pedoman untuk merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran
- Untuk membantu memberikan pemahaman kepada tenaga pengajar dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
- Untuk mendorong para pengajar agar lebih kreatif dalam proses ajar belajar
- Membantu pengajaran yang lebih baik.
2. Manfaat Kurikulum Untuk Sekolah
- Mendorong sekolah agar dapat menyukseskan penyelenggaraan pendidikan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
- Dapat membuka peluang bagi pihak sekolah untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
- Kurikulum dapat dijadikan sebagai alat dalam upaya mencapai tujuan program pendidikan.
3. Manfaat Kurikulum Untuk Masyarakat
- Dapat dijadikan pedoman bagi orang tua dalam membimbing proses belajar anaknya
- Masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam mengembangkan dan menyempurnakan program pendidikan, yakni melalui kritik dan saran membangun.
Persoalan Penerapan Kurikulum yang Seragam di Indonesia
Pendiri Sekolah Terapung atau Floating School Rahmat Hidayat mengatakan, sistem pendidikan terkait keseragaman kurikulum saat ini masih menjadi persoalan. Ia mencontohkan masalah pendidikan yang dialami oleh masyarakat di wilayah kepulauan. Rahmat menuturkan, masyarakat belum mendapatkan materi pendidikan yang kontekstual dan sesuai dengan kebutuhan.
"Di Kepulauan Spermonde (Sulawesi Selatan), ada 117 pulau, di perbatasan Sulawesi dan Kalimantan, faktanya banyak sekali masalah pendidikan yang sangat kompleks di daerah tersebut," kata Rahmat dalam webinar yang digelar British Council bertajuk Gerakan Anak Muda Bagi Inklusi Sosial di Indonesia, Minggu (6/9/2020). Menurut Rahmat, kurikulum yang diterapkan di sekolah masih seragam. Artinya kurikulum bagi siswa yang tinggal di wilayah perkotaan, tidak jauh berbeda dengan kurikulum yang diterima siswa di wilayah kepulauan. Padahal, kata Rahmat, anak-anak yang tinggal di wilayah kepulauan seharusnya diberikan materi yang berhubungan dengan kemaritiman. Misalnya, materi tentang pengelolaan hasil laut, cara menangkap ikan tanpa merusak biota laut sampai soal kelestarian lingkungan.
Ketidaksesuaian kurikulum ini pun membuat banyak anak-anak di wilayah kepulauan justru meninggalkan kampungnya setelah lulus sekolah menengah atas (SMA). "Kurikulum yang kita pakai masih seragam sampai saat ini. One size fit all curriculum," kata Rahmat. "Padalah masyarakat Pulau ini mengelola laut yang begitu luas, banyak cara-cara penangkapan ikan yang merusak laut dan itu tidak ditekankan bagaimana generasi muda kita bisa lebih menjaga lingkungan," ungkap Rahmat.
Dengan melihat persoalan ini bisa kita simpulkan bahwa kurikulum yang sama dan yang merata diterapkan di seluruh daerah Indonesia tidaklah efektif karena perbedaan infrastruktur serta sumber daya yang ada. Oleh karena itu, sistem kurikulum yang seragam ini bisa ditinjau kembali demi keefektifan penerapannya bagi seluruh siswa di tanah air.
Diambil, dikolaborasi, dan dikembangkan dari artikel:
https://www.pendidik.co.id/kurikulum/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H