Mohon tunggu...
Sim Chung Wei
Sim Chung Wei Mohon Tunggu... Guru - Guru

blog : castleofwisdom7.blogspot.com youtube : https://www.youtube.com/channel/UCL2z2EUZdml4YIKyqlpsEQw Saya pria, lahir di kota Tahu, Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 24 Desember , anak pertama dari dua bersaudara. saat ini berprofesi sebagai tenaga pendidik di salah satu sekolah Internasional di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akhirnya Mau Juga

12 April 2023   16:25 Diperbarui: 12 April 2023   16:34 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhirnya Mau Juga

Terdengar suara teriakan memecah gelapnya malam. Sesaat setelahnya menghilang. Hanya angin memenuhi pekat malam. Sepertinya aku mengenali suara itu. Itu adalah suara teriakan Dirham, yang saat ini duduk di kelas 3 SD, dan  Kemudian hilang kembali ditelan gelap malam.

 Sejenak saya merasa heran mengapa tiba-tiba dia berteriak seperti itu, Karena tidak biasanya dia berteriak seperti itu. Selama ini saya mengenalnya sebagai anak yang baik dan sopan. Namun, akhirnya saya  tidak kuhiraukannya lagi,  karena sekarang sudah larut malam, dan saya masih perlu mengerjakan beberpa tugas kuliah. Biar besok jika ketemu saya tanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

Biasa dia sering main bersama anak-anak sebayanya di dekat kontrakan yang ku sewa. Karena Dirham anak pemilik kontrakan yang saya sewa, dan sering mendengar dia bercakap-cakap, maka suaranya mudahku kenali. Dan sering kali dia juga pertanyan pelajaran sekolah kepadaku.

Sebagai mahasiswa rantau yang sedang menjalani pendidikan di tanah Pasundan, tentu tidak mudah  untuk beradaptasi. Bersyukur, masyarakat di lingkungan tempat saya kos cukup ramah dan sudah terbiasa dengan mahasiswa pendatang dari berbagai pelosok Indonesia.

Keesokan hari, karena didorong rasa penasaran,saat dia bermain dekat kontrakan, kupanggil Dirham untuk mendekat.Saya secara perlahan bertanya"mengapa dia berteriak saat malam.Kutanya dengan suara setengah berbisik "Abang dengar tadi malam ada yang berteriak, sepertinya suara Dirham, ada apa?"

Sambil berbisik dia menjawab "Ayah ingin liburan sekolah nanti saya disunat"

Akhirnya saya mengetahuinya, karena sebentar lagi libur kenaikan kelas, orang tua Dirham membujuknya untuk berkhitan.

Dan itulah penyebab Dirham teriak tidak mau, karena dia dapat cerita dari teman-temannya bahwa berkhitan  atau sunat itu sakit. Terlebih beberapa teman yang usil menakut-nakutinya, dengan berbagai cerita yang mereka karang sendiri. 

"Dirham, sunat itu bagus untuk kesehatan, tidak sakit, selain itu di agamamu, kan wajib hukumnya" Saya coba menasehatkan.

Dirham sedikit jengkel " abang tahu darimana kalau sunat itu ga sakit, abang kan ga disunat"

Akupun sejenak diam Lalu bertanya "Dirham tahu darimana kalau abang tidak sunat?"

Dirham" Ayah bilang kalau orang Batak seperti abang tidak disunat"

"oh gitu" jawabku  "tapi beneran ga sakit koh"

Dirham :"emang abang berani disunat?" 

munculah keisengan saya kalau begitu bagaimana kalau abang sekalian ikut sunat bersama Dirham?"

Dirham "Wah, benar yah bang"

setelah menganggung setuju Dirham pun menjabat tangaan saya smbil berkata : "Tapi abang duluan yah, jadi kalau abang bilang tidak sakit Dirham percaya"

  Setelah berbicara begitu, sayapun mulai menyusun stategi. Pertama saya perlu berbincangn dengan ayah nya Dirham perihal tersebut.

Orang tua Dirham sempat terkejut dengan keinginan saya ikut berkhitan. Mereka juga menganggap saya akan menjadi mualaf.

 Kemudian saya menjelaskan bahwa saya sebenarnya sudah disunat karena waktu kecil mengalami phimosis. Saya melakukan ini agar Dirham mau disunat dan berani setelah melhat saya disunat. Jadi kita buat seolah-olah saya ikut sunat bersama Dirham, untuk membuktikan bahwa, proses ini tidak terlalu menyakitkan dan menakutkan seperti yang dia bayangkan.

Setelah ayah Dirham setuju, rencananya kami akan datang ke klinik pagi-pagi benar agar dapat antrian pertama dan menghindari bertemu dengan pasien lain, kemudian  saya akan masuk duluan ke ruang dokter dan melakukan drama sunat palsu di dalam ruang dokter.

Hari yang dinantipun tiba, sesuai rencana pagi itu saya berangkat ke rumah Dirham sambil membawa tas yang berisi sarung  

Ketika tiba di klinik pagi itu, untungnya masih sunyi, karena memang kami dijadwalkan pagi mengingat ada saya yang akan berpura-pura ikut sunatan bersama Dirham.

Tak lama setelah pemeriksaan tekanan darah, dan sebaginya sayapun dipangil masuk ke ruangan dokter. Mungkin dokter lupa diberi tahu, maka sayapun diminta membuka celana saya, padahal awalnya hanya untuk berganti menggunakan sarung saja, dan mengunggu beberpaa menit di dalam ruangan, kemudian keluar dengan mengenakan sarung. Namun entah apa yang ada dipikiran dokter tersebut, saya tetap diminta membuka seluruh celana saya dan baru kemudian memakai sarung.

Saya sempat sedikit kaget dan sedikit protes : "Dokter!"

suara ini cukup kencang dan terdengar oleh Dirham.

Bergegas ayah Dirham masuk kedalam ruangan, dan menjelaskan kepada saya dengan sara yang dipelakkan agar tidak terdengar oleh Dirham. Ternyata Ayah Dirham yang lupa menjelasakn kepada saya, mengapa saya perlu mengikuti perintah dokter, hal ini bertujuan agar drama yang kita jalankan terlihat lebih nyata.

Setelah paham, akhirnya saya menuruti permitaan dokter meski masih merasa janggal dan malu. Setelah menunggu ayah Dirmah keluar dari ruangan.

Ternyata, setelah saya membuka celana dan dokter memeriksa, dia malah sambil sedikit bergurau berkata, "kita lanjutkan drama nya secara totalitas yah." Saya terkejut, dan tetap bilang:"dok, ini sayakan sudah disunat"

Dokter pun berkata:"ya saya tau melihat sekilaspun saya sudah tau, ini demi terlihat lebih nyata" dokterpun mengambil perban dan memberikan sedikit obat antispetik, kemudian membalukan perban tersebut dibagian yang biasanya memang ditutup ketika setelah sunat.

kemudian ia berkata lagi sambil sedikit bergurau "bagus nih bentuknya, hehehe...., tapi kamu hebat juga mau melakukan ini demi membujuk Dirham untuk mau sunat"

"Nah, selesai, silahkan pakai sarungnya dan lanjutkan dramanya"

Benar-benar totalitas, meski kecil kemngkinan Dirham untuk meminta lihat, namun demi berjaga-jaga akhirnya saya perlu juga mengorbankan untuk diperban.   

Keluar dari ruangan, saya berlaga memegang sarung dan berjalan agak mengangkang. Dirham langsng menghampiri saya sambil bertanya " sakit ga bang?"

"Tidak, hanya sakit dikit, beneran. Tadi kamu tidak dengar abang teriak-teriak kesakitan kan?"

Dirham menggeleng perlahan, tetapi sekarang sudah menunjukkan rasa beraninya.

 Dan tak lama terdengar perawat memanggil namanya " Adik Dirham"

" Yo silahkan sekarang giliranmu" sambil memberi semangat

maka Dirham pun melangkah dengan keberanian yang sudah dikumpulkannya.

Tak lama berselang akhirnya Dirham pun selesai dikhitan tanpa ada drama teriakan dan sebagainya. Mungkin karena sugesti dan rasa keberanian dari Dirham, dia dapat melangkah keluar dari ruang klinik dengan gagah dan bangga, sambil memegang sarungnya.

Drama pemotonganpun berkahir dengan damai tanpa ada keributan, meskin perlu aktor pembantu untuk menyakinkanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun