Hari yang dinantipun tiba, sesuai rencana pagi itu saya berangkat ke rumah Dirham sambil membawa tas yang berisi sarung Â
Ketika tiba di klinik pagi itu, untungnya masih sunyi, karena memang kami dijadwalkan pagi mengingat ada saya yang akan berpura-pura ikut sunatan bersama Dirham.
Tak lama setelah pemeriksaan tekanan darah, dan sebaginya sayapun dipangil masuk ke ruangan dokter. Mungkin dokter lupa diberi tahu, maka sayapun diminta membuka celana saya, padahal awalnya hanya untuk berganti menggunakan sarung saja, dan mengunggu beberpaa menit di dalam ruangan, kemudian keluar dengan mengenakan sarung. Namun entah apa yang ada dipikiran dokter tersebut, saya tetap diminta membuka seluruh celana saya dan baru kemudian memakai sarung.
Saya sempat sedikit kaget dan sedikit protes : "Dokter!"
suara ini cukup kencang dan terdengar oleh Dirham.
Bergegas ayah Dirham masuk kedalam ruangan, dan menjelaskan kepada saya dengan sara yang dipelakkan agar tidak terdengar oleh Dirham. Ternyata Ayah Dirham yang lupa menjelasakn kepada saya, mengapa saya perlu mengikuti perintah dokter, hal ini bertujuan agar drama yang kita jalankan terlihat lebih nyata.
Setelah paham, akhirnya saya menuruti permitaan dokter meski masih merasa janggal dan malu. Setelah menunggu ayah Dirmah keluar dari ruangan.
Ternyata, setelah saya membuka celana dan dokter memeriksa, dia malah sambil sedikit bergurau berkata, "kita lanjutkan drama nya secara totalitas yah." Saya terkejut, dan tetap bilang:"dok, ini sayakan sudah disunat"
Dokter pun berkata:"ya saya tau melihat sekilaspun saya sudah tau, ini demi terlihat lebih nyata" dokterpun mengambil perban dan memberikan sedikit obat antispetik, kemudian membalukan perban tersebut dibagian yang biasanya memang ditutup ketika setelah sunat.
kemudian ia berkata lagi sambil sedikit bergurau "bagus nih bentuknya, hehehe...., tapi kamu hebat juga mau melakukan ini demi membujuk Dirham untuk mau sunat"
"Nah, selesai, silahkan pakai sarungnya dan lanjutkan dramanya"