Mohon tunggu...
Silviya Tsamrotul Khabibah
Silviya Tsamrotul Khabibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Lavanya Asmara

10 Juni 2024   14:04 Diperbarui: 10 Juni 2024   19:28 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo by Mo Eid From Pexels

KKN bukan hanya melakukan pengabdian kepada masyarakat, namun KKN juga ajang mendapatkan teman-teman baru yang sebelumnya belum pernah kenal atau mungkin belum pernah bertemu sama sekali, serta juga untuk memperluas relasi dan pengalaman baru.

Pada waktu itu saya pribadi sangat antusias untuk mengikuti berbagai serangkaian kegiatan mengenai pemberangkatan KKN. Saya bertemu dengan teman-teman kelompok yang sebelumnya belum pernah saya temui sama sekali, tapi saya memiliki satu teman yang sudah akrab, jauh sebelum kegiatan KKN ini berlangsung.

Singkat cerita, pada waktu setelah pelepasan KKN Reguler Multisektoral Gelombang 1 oleh Rektor, sore harinya saya bersama dengan teman-teman kelompok bergegas untuk pergi ke posko yang akan menjadi tempat kita tinggal selama 40 hari menjalani KKN.

Ya, seperti yang sudah saya bayangkan sebelumnya satu atap dengan lawan jenis merupakan satu hal yang terlihat sedikit cringe. Bagaimana tidak, sedangkan pada setiap harinya saya selalu berada di lingkungan asrama yang di huni oleh kaum hawa. Dan pada saat KKN harus berada satu atap dengan para kaum adam. Tapi itu bukan hal yang harus di buat serius selagi dalam satu kelompok memiliki komitmen untuk menjaga satu sama lain.

Dalam satu kelompok KKN kami ada 27 mahasiswa, yang terdiri dari 7 mahasiswa laki-laki dan 20 mahasiswa perempuan, yang masing-masing berbeda prodi dan juga fakultas. Kami tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa akrab selayaknya teman yang sudah lama kenal. Karena sebelum berada dalam satu atap di posko, kami sudah beberapa kali bertemu untuk melakukan rapat sebelum pemberangkatan KKN. Selayaknya mahasiswa KKN yang lain, hari pertama kami di posko tentunya membereskan barang-barang yang kita bawa dan juga melakukan tahlil bersama-sama, lalu dilanjutkan untuk rapat membahas mengenai program kerja yang akan dilakukan nanti.

Setelah melakukan rapat, di lanjutkan untuk pembagian kaos dan landyard yang di pakai sebagai identitas selama kita melakukan KKN. Dari situlah percakapan pertamaku dengan salah satu lawan jenis dimana dari awal saya bertemu sudah terbentuk rasa kagum terhadapnya, karena menurutku dia bukan sembarangan mahasiswa, Hanafi namanya.

"Ini loh punyamu" ucapnya sambil memberikan landyard.

"Oh iya, terimakasih." kata ku, sambil tidak mempercayai ternyata orang seperti dia memperhatikan saya juga.

Malam sudah mulai larut, tetapi pada waktu itu saya dan beberapa teman-teman masih sedang asyik mengobrol sambil mengerjakan beberapa surat untuk keperluan pembukaan KKN dan juga untuk program kerja. Tiba-tiba Hanafi datang dengan muka bantalnya, dia terbangun karena mendengar suara beberapa dari kami yang masih mengobrol di ruang tamu.

"Kok belum tidur pada ngapain kalian?" tanya Hanafi dengan mata yang terlihat masih mengantuk.

"Ngobrol ini sambil buat surat, kok kamu bangun kenapa lo?" jawabku sambil sedikit ketawa melihat muka bantalnya.

"Suara kalian lo keras banget. Tapi gak papa sih sebenarnya aku emang hanya butuh tidur sebentar karena mau ngerjain kerjaan juga" ujarnya.

Setelah Hanafi menjelaskan, aku dan teman-teman minta maaf karena sudah mengganggu waktu tidurnya. Tetapi setelah itu Hanafi tidak langsung pergi, dia malah duduk di samping ku dan ikut ngobrol dengan teman-teman lainnya yang ada di ruang tamu, dia sharing banyak hal tentang pengalamannya dan cerita-cerita lainnya. Dari situ juga aku baru tau kalo ternyata dia seorang kontributor Penulis di salah satu platform digital.

"Emang boleh ya se Masya Allah itu" ucapku dalam hati yang tak henti-henti nya merasa kagum kepada Hanafi.

Malam semakin larut, satu persatu dari kita sudah mulai merasa kantuk. Akhirnya kami pergi ke kamar kami masing-masing dan beristirahat. Karena ke esokan harinya kita harus mulai mengerjakan program kerja.

Pagi harinya setelah sholat subuh, aku membuka ponsel dan ada nomer tidak dikenal mengirimkan pesan kepadaku dengan kalimat

"Haloo" tulis pesan nya.

Setelah aku cek ternyata kita berada dalam satu grup WhatsApp yang sama, yaitu kelompok KKN. Usut punya usut ternyata nama kontaknya tertera bahwa itu adalah Hanafi. Saat semua berkumpul untuk sarapan aku memastikan bertanya kepada Hanafi.

"Tadi kamu WA aku kah?" tanya ku untuk memastikan ke Hanafi.

"Eh iya, tadi aku WA kamu. Aku mau tanya, kirain kamu belum tidur ternyata udah ceklis satu aja WA kamu." Jawabnya.

Dengan penuh penasaran akhirnya aku tanya balik lah apa yang ingin dia tanyakan tadi.

"Iya, udah tidur itu. Kirain pas tadi kamu balik ke kamar langsung tidur lagi. Emang kamu mau tanya apa?" tanyaku kepada Hanafi.

"Tadi aku nggak langsung balik ke kamar, aku duduk di kursi dapur itu. Terus aku denger suara cewek lagi bicara, nah itu aku kira suara kamu" jawabnya menjelaskan yang terjadi.

Setelah beberapa kali ngobrol dengan dia, ternyata orang yang aku kira akan cuek dan sombong nyatanya tidak seperti itu. Dia salah satu anak laki-laki yang selalu berkontribusi dalam lingkup keagamaan di masyarakat sekitar saat KKN. Ternyata selain aku, banyak teman-teman lainnya yang juga merasa kagum dengan Hanafi.

Bagaimana tidak kagum, sedangkan dia merupakan definisi sempurna menurutku. Dia seorang penulis dan memiliki banyak achivement yang dia perlihatkan di sosial medianya. Selain itu, dia juga seorang yang berkhidmah di Organisasi NU, sehingga sedari awal aku tidak menyangka jika ternyata dia se humble dan sebaik itu.

Beberapa hari berlalu, kita semua sudah mulai mengerjakan program kerja masing-masing. Kebetulan aku merupakan anggota dari divisi pendidikan dan teknologi jadi aku banyak berkontribusi di Sekolah Dasar (SD) di sana. Pada minggu awal dari divisi ku membuat program kerja bimbingan belajar kepada siswa-siswi di SD tersebut. Aku mendapatkan kesempatan untuk mendampingi teman-teman KKN melakukan bimbingan belajar pada hari Rabu, yang ternyata pada hari itu Hanafi juga mendapatkan jadwal untuk ikut dalam program kerja tersebut.

Ternyata, setelah itu banyak program kerja yang dimana aku dan Hanafi sama-sama terlibat. Seperti program kerja dari divisi sosial budaya yaitu latihan sholawatan, khotmil qur'an, sholawatan dalam satu acara yang di adakan oleh warga desa dan masih banyak lagi kegiatan yang ternyata aku dan Hanafi sama-sama terlibat didalamnya. Sehingga membuat percakapan ku dan dia lebih intens lagi, karena seringnya kita berada dalam satu kegiatan yang sama.

Yang dari awalnya masih canggung, perlahan rasa canggung tersebut pudar sedikit demi sedikit. Dia ternyata se asyik itu untuk di ajak ngobrol, karena dia memiliki relasi yang luas dan pengalaman yang banyak. Akhirnya sampai pada satu titik setelah posko kita melakukan kegiatan menyambut malam tahun baru.

Pada waktu itu, posko kami membuat acara bakar-bakar santai bersama warga sekitar. Selain itu ada juga tokoh masyarakat yang datang, beliau merupakan salah satu tokoh yang selalu memperhatikan kegiatan kita sewaktu kita KKN. Jadi, beliau memang sudah sering untuk berkunjung ke posko kita.

Hanafi sebagai seorang Koordinasi Desa (Kordes) yang sering berinteraksi dengan warga sekitar mempersilahkan salah satu tokoh masyarakat tersebut, Pak Sardi namanya untuk masuk dan berbincang dengan teman-teman yang lain. Pada waktu itu kami membagi pekerjaan, ada yang bakar ayam, bakar sosis, memasak nasi, membuat es dan juga membakar sate. Dimana nanti setelah semuanya siap akan di makan secara bersamaan.

Setelah malam mulai larut dan semua nya sudah hampir selesai membakar berbagai bakaran tadi, tiba-tiba aku mendapatkan satu notif pesan dari Hanafi.

"Sisakan aku ayam, pentol dan sosis" isi pesan WhatsApp yang di kirimkan Hanafi.

Aku ketawa kecil melihat isi pesan yang di kirimkan dia, karena memang aku lihat dia sudah capek mengobrol dengan Pak Sardi berjam-jam. Selang beberapa menit aku menjawab pesan dia, dia mengirimkan pesan lagi padahal di situ jarak dia sangat dekat dengan ku tetapi dia memilih untuk mengirimkan pesan dan tidak berbicara secara langsung.

"Sama es sekalian ya, tolong sisakan" tulis Hanafi.

Melihat dia yang sepertinya sudah sangat lelah dan capek, tak berpikir panjang kubawakan lah es itu ke ruang belakang, agar dia bisa mengambil lebih dekat. Karena pada waktu itu aku berada di depan ruang tamu.

"Cepet ke belakang, es nya aku bawa kesini" tulisku dalam pesan yang ku kirimkan ke Hanafi.

Tak berapa lama datanglah Hanafi ke ruang belakang, dan benar saja seperti yang sudah aku duga sebagai anak introvert 'katanya', dia merasa capek karena sudah lama mengobrol tanpa henti dengan Pak Sardi.

"Ya Allah seorang introvert seperti aku harus mengobrol berjam-jam dengan orang, cuapek aku. Bosen ingin gerak bebas" ucapnya setelah menteguk es yang sudah ku bawakan.

Karena di ruang belakang bukan hanya ada aku dan dia, semua orang yang di ada di situ mentertawakan gelagak yang Hanafi tersebut. Tak berapa lama setelah itu Pak Sardi pamit untuk pulang, lalu kita melanjutkan untuk menyalakan kembang api tepat pada pukul 00.00 untuk merayakan tahun baru. Setelah itu kita makan bersama-sama.

Pada saat makan bersama itu aku duduk di samping Hanafi dan kita makan satu tempat yang beralaskan daun pisang. Dengan di temani suasana pedasaan dimalam hari yang singklu dan sedikit horor. Kita semua makan sambil bercerita dan bersenda gurau, seolah-olah kita akan bersama terus nantinya.

"Kamu sudah kah makan nya?" tanya Hanafi kepadaku.

"Sudah" jawabku sambil menatap dia.

"Yaudah sini tak beresin dulu yaa" ucap Hanafi.

Dengan action seperti itu saja aku semakin merasa tidak baik-baik saja kalau dekat dengan dia. Apalagi semakin hari aku merasa semakin intens dengan dia. Dia sering menghubungi aku di WhatsApp dan aku jadi sering ngobrol dengan dia.

"Perasaan macam apa ini, rasanya semakin hari bukan lagi rasa kagum yang aku rasakan" ucapku dalam hati.

Beberapa hari setelahnya, tiba-tiba dia mengajak ku untuk kembali ke kos bersamaan. Kebetulan ternyata jarak kos kita yang ada di dekat kampus itu tidak jauh. Bukan tanpa alasan dia mengajak ku untuk barengan, karena pada saat aku izin untuk pulang ke kos kepada sekertaris untuk mengambil barang, ternyata Hanafi juga izin untuk kembali ke kos untuk mengambil barang.

Alhasil, kita jadi pergi barsama untuk kembali ke Kos. Kita berangkat dari posko sekitar pukul 10.00 siang setelah aku melakukan kegiatan di sekolahan.

Aku semakin merasa tidak baik-baik saja, jantungku tidak aman. Sepanjang perjalanan tak henti-henti nya jantungku berdebar. Karena rasanya sangat mustahil sekali bisa sampai sejauh ini. Meskipun itu hal yang terlihat biasa, namun bagi ku hal tersebut merupakan fist experience yang sebelumnya tidak pernah ada dalam bayanganku, apalagi bersama dengan orang yang aku kagumi dan memang sedari awal aku sama sekali tidak berharap lebih untuk bisa sedekat ini dengan dia.

Sepanjang perjalanan yang aku kira akan diam dan hening, ternyata tidak. Dia banyak memberitahu ku tentang jalanan yang kita lewati, dia banyak bertanya dan bercerita juga kepadaku.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 50 menit an dari posko KKN, akhirnya kita sampai di kota daerah kampus dan dia mengantarku sampai depan kos.

"Hati-hati yaa, nanti kabarin kalo sudah sampai di kos kamu" ucapku setelah aku turun dari motor nya.

"Iyaa siap" jawabnya sambil menutup kaca helm yang di pakainya.

Kita kembali ke posko KKN pada sore hari, kita berangkat sekitar pukul 16.00. Pada saat hampir sampai di daerah posko tiba-tiba Hanafi mengajak ku untuk mampir sebentar melihat danau yang ada di dekat posko.

"Ayo kita mampir lihat danau dulu, yang kemarin katanya teman-teman bagus itu" ucapnya pada saat mengajak ku mampir di danau.

"Ayo dah, tapi jangan lama-lama ya soalnya sudah jam segini nanti keburu maghrib" jelasku.

Karena pada saat itu memang sudah hampir jam 5 nan sore. Akhirnya sampailah kita di danau tersebut, tak banyak orang di sana hanya ada mungkin sekitar 5 orang yang sedang memancing ikan di dekat danau. Kita tidak lama di sana, hanya sekitar 5-7 menit an saja untuk mengambil foto danau dan melihat keadaan sekitar, kebetulan Hanafi ini suka mengambil foto dari ponsel nya. Setelah itu kita kembali melanjutkan perjalanan menuju posko yang tidak jauh dari tempat danau tersebut.

Setelah kejadian tersebut, semakin intens lagi lah percakapan ku dengan Hanafi. Bahkan dia sering menanyakan keadaan yang ada di posko kepadaku, sering mengirimkan pesan WhatsApp kepada ku, dan beberapa kali juga dia mengajakku untuk ikut dia pergi.

Ah, pada saat itu rasanya sangat tidak menyangka. Bahkan teman satu posko ada yang sampai menanyakan kepadaku tentang kedekatan ku dengan Hanafi.

"Kamu makin kesini tak lihat kok malah mirip sama Hanafi ya, dan kamu juga kayak nya lagi dekat ya sama Hanafi?" tanya salah satu teman cewek yang ada di posko.

"Gak ih kalo mirip, gak lagi deket juga. Kan sama saja deketnya kayak Hanafi ke teman-teman lainnya" jawabku .

"Tapi beda loh cara merhatiin Hanafi ke kamu dan ke teman-teman lainnya. Kamu gak merhatiin memang?" jelas teman ku.

Aku terdiam dan berpikir sebenarnya aku merasakan sedikit perbedaan perilaku itu, tetapi aku masih menolak fakta tersebut. Karena aku tau bisa saja hal tersebut di lakukan Hanafi karena memang dia memiliki sifat friendly dan perhatian.

"Ah, udahlah ayo kita lanjutin kerjaan kita saja. Gausah bahas itu" ucapku

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, tinggal tersisa sekitar 2 minggu lagi untuk menyelesaikan semua program kerja dari semua divisi.

Sebelum mengakhiri program kerja dari divisi pendidikan merencanakan untuk mendatangkan pemadam kebakaran di sekolahan untuk melakukan sosialisasi, selain itu kita juga ingin bermain air bersama pemadam kebakaran di akhir acara sosialisasi nanti. Ternyata rencana kegiatan tersebut mendapat tanggapan positif dari kepala sekolah dan juga teman-teman kelompok. Akhirnya saya di tunjuk untuk mengantarkan surat izin ke kantor pemadam kebakaran, dengan di dampingi oleh Hanafi selaku Koordinasi Desa dari kelompok kami.

Ya, seperti biasa keadaan jantung saya selalu saja tidak aman ketika akan pergi bersama dia. Lagi dan lagi ada kegiatan yang membuat aku dan dia menjadi lebih dekat.

Kita berangkat ke kantor pemadam kebakaran setelah maghrib, karena pada saat itu siangnya di posko ada kegiatan syuting vidio maslahat yang di tugaskan dari kampus. Waktu yang di tempuh dari posko ke kantor pemadam kebakaran sekitar 45 menit an. Pada saat perjalanan pulang Hanafi mengajak ku untuk mengunjungi posko temannya yang searah dengan jalan kita pulang.

Disana aku dikenal kan dengan teman-temannya dan kami berbincang-bincang cukup lama, setelah merasa sudah mulai larut malam akhirnya aku mengajak Hanafi untuk segera kembali ke posko. Karena jarak kita kembali ke posko masih harus di tempuh sekitar 30 menit an. Di perjalanan kembali ke posko Hanafi bertanya kepadaku

"Kamu nggak lapar kah?" tanya nya.

"Lapar ini" jawabku sambil menepuk punggung nya.

"Kok gak bilang, yaudah mampir dulu cari makan ya kita" jawabnya sambil menengok ke arahku.

Aku hanya tersenyum kecil, sebenarnya tadinya aku mau ngajak tapi karena aku malu dan gengsi kalau harus ngajak dia mampir untuk makan dulu. Di tengah perjalanan kita menemukan salah satu warung penyetan yang masih buka. Akhirnya, mampir lah kita ke warung tersebut dan memesan 2 piring nasi dengan lauk ayam goreng dan juga 2 teh hangat.

"Aku baru kali ini loh keluar malem sampai jam segini sama laki-laki dan berdua doang" celetukku di tengah heningnya malam itu.

"Wah iyakah, gapapa biar pernah kalau begitu" jawab Hanafi sambil tersenyum ke arahku.

Setelah selesai makan, kita langsung kembali ke posko dan istirahat.

Banyak sekali momen yang membuat aku merasa semakin dekat dengan Hanafi, momen dimana untuk pertama kali nya aku merasakan bagaimana bahagianya dekat dengan seseorang yang good speaking, good listener, dan memiliki wawasan yang sangat luas, tidak hanya dalam pengetahuan umum tetapi juga pengetahuan agama nya.

Sampailah pada penghujung minggu terakhir kegiatan KKN, pada waktu itu di posko kita akan megadakan penutupan kegiatan dengan mengadakan acara pengajian akbar. Penutupan pertama akan di adakan di desa daerah posko kami dan penutupan kedua di adakan secara gabungan antara 2 kelompok yang bertempat di Balai Desa.

Satu hari sebelum kami mengakhiri kegiatan KKN, pada malam harinya kita berbincang lama di depan posko. Karena kami sadar momen kebersamaan ini entah kapan lagi akan dapat terulang. Malam mulai larut dan satu persatu teman-teman kembali ke kamar untuk istirahat, di situ tersisa beberapa anak saja termasuk aku dan Hanafi. Pada waktu itu Hanafi duduk di sampingku dan tidak disengaja warna baju kita sama yaitu warna merah.

"Loh, baju kita sama lo warnanya" ucapnya setelah sadar kalo baju kita senada.

"Iyaa, memang kamu saja yang baru sadar. Padahal dari tadi kita sampingan loh fi" jawabku dengan muka yang sedikit jutek.

"Iya iyaa maaf deh, habis ini kita jarang ketemu lo. Nanti kamu kangen lagi sama aku" dengan kepercayaan diri nya dia mengucapkan kalimat tersebut sambil cengar-cengir menghadap kepada ku.

"Apasi, enggak yee. Kamu paling yang nanti kangen aku" jawabku sambil ketawa dan memukul kecil pundaknya yang ada di sebelahku.

Malam semakin larut dan kita sudah mulai mengantuk semua. Akhirnya kita memutuskan untuk masuk ke kamar masing-masing dan beristirahat. Karena besok kita harus mengemas barang untuk dibawa kembali pulang.

Pagi harinya saat mulai membereskan barang, tangis satu persatu dari kami mulai pecah, karena 40 hari masa KKN ternyata sudah terlewati. Dan tanpa di sadari selama itu pula kita sudah seperti keluarga sendiri. Karena berada dalam satu atap yang sama selama 40 hari.

Pada saat itu pula aku menyadari bahwa rasa kagum ku dengan Hanafi mungkin akan tetap berlanjut tetapi kebersamaan yang kita lakukan mungkin akan sampai disini saja, karena aku sendiri tidak tahu bagaimana perasaan Hanafi dan kapan lagi kita akan di pertemukan dalam satu tempat seperti ini. Dan di luar sana mungkin kita akan tetap berteman selayaknya teman biasa. Dia dengan kegiatannya dan aku dengan kegiatanku.

Apasi yang di harapkan dari cinlok di KKN itu, palingan kalo nggak lanjut ya brati ngilang. Jadi sampai saat ini aku memutuskan untuk memendam perasaan ini sendiri, meskipun banyak sekali momen first experience yang aku lakukan bersama Hanafi. 

Karena kamu indah seperti langit, maka sepertinya kamu hanya bisa di dapatkan dengan cara-cara langit pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun