"Kau yakin?"
"Tentu."
"Tetapi kita belum memiliki izin untuk melakukan penyelidikan kembali."
Renesya hanya tersenyum, sebelum berkata, "Lalu apa gunanya kekuasaan ayahku? Jika untuk mendapatkanmu saja bisa, maka untuk mendapat izin sangatlah mudah bagiku."
Renesya tersenyum, lalu melangkah pergi meninggalkan Rexa.
Kedua orang itu kini sudah ada di TKP, mata Renesya menelusuri setiap sudut kamar Kexiana. Dilihatnya pintu kamar yang telah rusak karena dobrakan. "Kamar ini benar-benar berantakan."
"Itu juga salah satu kemungkinan yang membuatku yakin jika dia dibunuh."
"Jika dia depresi, keadaan kamar seperti ini sangatlah wajar." Kalimat itu seketika membuat Rexa terdiam. "Jadi, di posisi mana kalian saat di kamar ini?" tanya Renesya tanpa menoleh ke arah Rexa. Pemuda itu mendengkus sebal.
"Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku masuk ke kamar ini juga?"
Renesya menghela napas, lalu menatap Rexa.
"Kexiana yang memberitahuku."