Renesya terkekeh mendengarnya, sebelum berkata, "Ada apa denganmu Rexa, apa kemampuan analisismu telah lenyap hanya dalam hitungan hari karena patah hati?"
Rexa membelalakkan matanya, sedangkan Renesya malah semakin tertawa kencang melihat ekspresi Rexa.
"Mana yang lebih kau khawatirkan, dituduh sebagai alasan kematian atau ... dituduh sebagai pelaku pembunuhan?" tanya Renesya setelah menghentikan tawanya. Lagi-lagi Rexa hanya diam, dan itu membuat Renesya menjadi sedikit merasa bersalah, apakah dia terlalu keterlaluan untuk menanyakan hal tersebut?
"Aku ingin tahu keadaan di TKP," ujar Renesya mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Tubuh korban tergantung jauh dari atas tempat tidur, dengan tinggi korban yang hanya 160 cm, tidak mungkin bisa menjangkau tali di ketinggian 240 cm hanya dengan berpijak pada ranjang tempat tidur dengan ketinggian setengah meter." Renesya hanya mengangguk. "Ikatan yang kami temukan juga lebih kecil dari lingkar kepala, juga keadaan kamar yang berantakan."
"Lalu, bagaimana dengan alat pijakan lainnya?"
Rexa terdiam, menghela napas kasar hingga dapat terdengar di telinga Renesya. "Ada sebuah kursi di dekat tempat tidurnya."
"Kau sengaja tidak menjelaskannya dengan lengkap, itu tidak benar."
"Aku tau. Maaf."
"Lihatlah ini!" Renesya menunjuk gambar sebuah jejas jerat yang berupa lingkaran putus-putus yang meninggi ke arah simpul . "Kau tau apa artinya ini?"
Rexa hanya mengangguk, jejas seperti itu biasanya ditemukan pada orang yang gantung diri.