Mohon tunggu...
Silvia Paramita
Silvia Paramita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jangan pernah menyerah di langit masih ada langit, matahari bersinar bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Asal-Usul Desa Siku

1 Maret 2022   23:27 Diperbarui: 2 Maret 2022   05:53 1737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Judul: Asal-Usul Desa siku

pada zaman dahulu datang lah sekeluarga dari tanah jawa ke daerah Bukit dan desa sabatpetai (Mangku Negara), Keluarga tersebut dinamakan keluarga JAMALUDDIN.

Dia adalah seorang Senopati Majapahit,
mempunyai Tujuh anak saudara kandung. Empat pria dinamakan Kadamudin, Najamudin, Surdani dan Sentani, dan tiga perempuannya dinamakan Nurmiah (belimbing), Nurbati (kasihdewa), Nurbiyah (bayur).

 Sentani lahir pada tanggal 12 September 1715 merupakan anak bungsu laki-laki mempunyai sifat manja dan suka merajuk.

Di suatu hari sentani mandi di Batanghari bersama temananya  Sidodadi, terlalu lama mandi sehingga lupa pulang, ketika pulang mau makan ternyata nasi sudah habis, lauk juga habis, dihabisi saudaranya oleh karena itulah Sentani merajuk pergi dari rumah berjalan menyusuri sungai Lematang.

Karena kecapekan, hari juga hampir gelap akhirnya sentani singgah di kebun Undang (piabung) Limbungan, melihat-lihat ada pondok di kebun, lalu sentani menyamperin pondok tersebut.

Sentani pun meminta izin untuk hidup disana karena Sentani mau mengadu nasib, sehingga disetujui pemimilik pondok tersebut yang bernama nasek, tetapi dengan syarat Sentani  harus berkebun disana, sehingga hidup Sentani hidup bersama Nasek pada tahun 1732.

Ketika Sentani menjadi pemuda dewasa berumur 43 tahun, Nasek menyuruh Sentani mengikuti sayembara putri dari Raja Beko yaitu keriko untuk mencari jodoh di desa tetangga sebelah.

"sayembara nya siapapun yang bisa memasukan keris kedalam sarung yang di pegang putri tersebut di seberang Batanghari maka orang tersebut bisa menjadi jodoh (suami) putri keriko".

Sentani awalnya tidak mau ikut serta sayembara karena dia berpikir dirinya tidak bisa apa-apa dan wajah nya juga pas-pasan saja.

tetapi nasek berhasil meyakinkan Sentani untuk mengikuti sayembara tersebut, akhirnya Sentani mengikuti sayembaranya.

Sentani pun mengatakan kepada tuan beko izin kan saya mengikuti sayembara ini...

tuan beko lalu menjawab dengan kesombongannya, kamu tidak akan bisa memasukan keris kedalam sarung itu, wajah aja sudah jelek, kamu bisa apa??

raja beko juga bertanya kepada Sentani wahai anak mudah apakah kamu yakin bisa memasukan keris kedalam sarung yang di pegang keriko di seberang sana???

jawab Sentani dengan izin Allah, kalau memang putri keriko jodoh ku, maka aku bisa memenangkan sayembara ini.

tuan beko pun akhirnya meminta Sentani membuktikan kalau dia bisa memasukan keris kedalam sarung putri keriko.

 dengan keyakinan dan atas izin yang di atas Sentani, akhirnya bisa memasukkan keris kedalam sarung putri keriko, yang berada di sebrang Batanghari.

akhrirnya Sentani memenangkan sayembara tersebut menikah lah dengan putri Keriko pada tahun 1758. Setelah menikah dalam setahun lahirlah anaknya dinamakan Bilal pada tahun 1759.

suatu hari sentani pulang dari acara adat, dia pun menemukan besi yang berbentuk pedang, ketika hendak di ambil, temannya pun melihat Sentani dari desa tetangga.

terjadilah percakapan antara mereka berdua
teman: itu seperti pedang ku, kamu pegang.?
sentani: besi ku, ini aku nemu di jalan,       mungkin ini suatu isyarat besi ini be jodoh dengan ku.
teman: tapi aku yakin ini pedang ku, tetapi sudah lah kalau besi ini memeng berjodoh dengan kamu, jaga besi ini baik-baik.

hari demi hari berlalu, bulan merajut tahun,
Suatu hari Sentani berpikir sudah lama tidak pulang kampung dan merasa rindu terhadap keluarganya Sentani, Keriko dan Bilal pergi ke desa Sabatpetai menemui keluarganya.

setelah di telusuri ternyata Sentani berasal dari keturunan bangsawan kerajaan Majapahit, karena orang tua beliau tidak rela Sentani tergantung pada istri, sehingga terjadilah sumpah keluarga pada tahun 1782.
isi sumpah nya " siapapun keturunan bangsawan kerajaan Majapahit tidak boleh bergantung kepada siapa pun termasuk orang tua maupun mertua, keturunan Majapahit harus berdiri sendiri (mandiri)".

Setelah pulang dari daerah Sabatpetai, jinde sampang bercerita tentang keadaan desa mereka terdapat orang yang semakin banyak  tapi tanah yang lapang semakin sedikit,  lalu ia berpendapat bagaimana kita pindah desa saja.

akhirnya di usulkan menanam rumpun bambu di tiga tempat ( satu di tanam di hulu seberang desa, satunya di tanam di Serdang/ suka manis, satunya lagi di tanam di gunung Aleng/ kuburan manajed). bila mana bambunya tumbuh dengan subur disitulah kita pindah desa.

Setelah rumpun bambu kuning di tanam,
 di tiga titik membentuk segitiga ternyata yang tumbuh subur pas dimana dahulu Sentani menemukan besi, sampai berebut dengan temannya di seberang hulu Desa.

Sentani mengingat percakapanya waktu rebutan padang tersebut.
temannya: "ini pedangku"
sentani: "ini besiku"

Sehingga desa baru itulah dinamakan Desa Siku.

Pada tahun 1793, Puyang Sentani meninggal pada umur  78 tahun, kemudian pada masa keria Lamen pada tahun 1899 perlahan mulai pindah membangun rumah, berkebun dan hidup makmur di desa siku.

Terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun