Mohon tunggu...
Sylvia Novyyanty
Sylvia Novyyanty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hallo!!

Selanjutnya

Tutup

Bandung Artikel Utama

Liburan Penuh Petualangan di Taman Hutan Raya Bandung

1 Januari 2025   22:22 Diperbarui: 2 Januari 2025   14:10 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Jembatan gantung di Taman Hutan Raya Bandung.(WIKIMEDIA COMMONS/SAMUDRAEKA via kompas.com)

Pada tanggal 28 Desember 2024, saya dan teman saya memutuskan untuk menikmati liburan singkat yang penuh dengan petualangan di Taman Tahura (Taman Hutan Raya) Bandung. 

Kami berangkat pagi-pagi dari rumah, dan suasana kota Bandung yang masih sejuk di pagi hari menambah semangat kami untuk menjelajahi alam. 

Udara pagi yang segar dengan sentuhan embun membuat kami merasa lebih hidup dan bersemangat untuk menikmati hari itu. Kami menyusuri jalanan yang masih lengang, dikelilingi oleh gedung-gedung tinggi kota yang mulai terlihat sibuk, namun kami tahu bahwa petualangan sesungguhnya baru dimulai setelah sampai di taman ini.

Meskipun Bandung adalah kota yang ramai dan sibuk, Taman Tahura menawarkan pengalaman alam yang jauh berbeda, yang memberikan kesempatan bagi kami untuk merasakan ketenangan dan keindahan alam.

Setibanya di Taman Tahura Bandung, udara segar dan hijau yang melimpah langsung menyambut kami. Taman yang terletak di kawasan Dago ini memang terkenal dengan keindahan alamnya, serta berbagai macam flora dan fauna yang ada di dalamnya. 

Begitu kami memasuki area taman, rasa damai langsung terasa, seolah kami sedang berada jauh dari hiruk-pikuk kota. Suara angin yang berdesir di antara pepohonan dan kicauan burung yang terdengar di kejauhan menambah suasana yang menyegarkan hati dan pikiran. Kami langsung menuju pintu masuk utama, dan tidak sabar untuk melihat apa saja yang ada di dalam taman hutan raya ini. 

Terlihat beberapa pengunjung lain yang juga menikmati perjalanan mereka di dalam taman, dan kami merasa beruntung bisa menikmati hari ini di tempat yang begitu asri dan sejuk.

Setelah membeli tiket masuk, kami memulai perjalanan dengan berjalan kaki di antara pepohonan tinggi yang rindang. Jalan setapak yang telah disediakan sangat cocok untuk berjalan-jalan sambil menikmati udara segar dan pemandangan yang memukau. 

Kami mengamati berbagai jenis pohon yang ada, mulai dari pohon pinus hingga pohon-pohon besar yang memberikan keteduhan di sepanjang jalur. Banyaknya tanaman hijau yang tumbuh subur dan udara yang bersih membuat perjalanan kami terasa begitu menyenangkan. 

Setiap langkah yang kami ambil membawa kami lebih dekat dengan alam yang sejuk dan menenangkan. Kami sesekali berhenti untuk memotret pemandangan yang indah, dan kami merasa begitu kecil dan rendah hati di tengah keagungan alam yang mengelilingi kami.

Di sepanjang jalan setapak, kami mulai melihat beberapa monyet ekor panjang yang bermain di pohon-pohon. Mereka tampak sangat lincah, melompat dari satu cabang ke cabang lainnya sambil sesekali berhenti untuk mengamati kami. 

Kami pun berhati-hati dan menjaga jarak, karena monyet-monyet itu tampaknya sangat penasaran dengan kehadiran kami. Mereka terlihat begitu alami di habitat mereka, memperlihatkan sisi kehidupan liar yang jarang kami temui di perkotaan. 

Beberapa monyet tampak membawa makanan atau saling berinteraksi satu sama lain dengan ceria, sementara yang lainnya beristirahat di atas cabang pohon yang tinggi. 

Kami tak pernah menyangka bisa melihat kehidupan liar seperti ini di tengah taman yang begitu rimbun, dan pengalaman ini menjadi salah satu momen yang paling mengesankan dalam perjalanan kami.

Setelah beberapa saat berjalan menikmati suasana taman, kami sampai di spot pertama yang sangat menarik, yaitu Gua Jepang. Gua ini memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan masa penjajahan Jepang. 

Kuliner Ibu Kokom Taman Hutan Raya Bandung Sumber: Dokumentasi Pribadi
Kuliner Ibu Kokom Taman Hutan Raya Bandung Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dibangun pada zaman Perang Dunia Kedua, gua ini digunakan oleh tentara Jepang sebagai tempat pertahanan dan berlindung dari serangan musuh. 

Kami merasa seperti memasuki dunia yang berbeda begitu sampai di pintu masuk gua. Suasana gua yang lebih gelap dan sempit memberi kesan misterius, dan struktur batu yang kokoh seolah menceritakan kisah perjuangan yang terjadi di masa lalu. 

Kami mengamati dinding gua yang tebal dan beberapa jejak peninggalan sejarah, seperti lubang-lubang yang digunakan sebagai ventilasi udara serta beberapa sisa bangunan yang tampaknya digunakan sebagai tempat penyimpanan atau ruang pertahanan pada masa itu.

Jalur di dalam gua cukup sempit dan terkadang berbatu, namun masih dapat dilalui dengan hati-hati. Kami berjalan menyusuri lorong gua yang memberikan suhu yang jauh lebih dingin dibandingkan udara panas di luar. Beberapa bagian gua terlihat seperti lorong sempit yang menghubungkan ruang-ruang kecil lainnya. 

Meskipun tidak ada banyak informasi yang dipajang di sekitar gua, kami bisa merasakan betapa pentingnya tempat ini bagi tentara Jepang pada masa itu. 

Membayangkan bagaimana suasana di dalam gua ini pada masa penjajahan, di mana para tentara berlindung dan bertahan dalam kondisi yang sulit. Setelah cukup lama menikmati suasana gua, kami melanjutkan perjalanan ke spot berikutnya, merasa puas dengan pengalaman sejarah yang kami dapatkan di Gua Jepang.

Kami melanjutkan perjalanan dan tiba di salah satu titik yang lebih menarik, yaitu Gua Belanda. Gua ini memiliki sejarah yang cukup menarik karena dulunya digunakan oleh Belanda sebagai tempat berlindung dan pertahanan saat masa penjajahan. Berbeda dengan Gua Jepang yang lebih sempit dan gelap, Gua Belanda lebih luas dan terasa lebih terbuka. 

Begitu kami memasuki gua, kami langsung merasakan kesejukan udara di dalamnya, meskipun udara di luar terasa cukup panas. Gua ini menawarkan suasana yang lebih tenang dan damai dengan dinding batu yang kokoh dan langit-langit gua yang menjulang tinggi. 

Kami merasa seolah berada di dalam dunia yang berbeda, jauh dari keramaian dan kesibukan dunia luar. Di dalam gua, kami melihat beberapa jejak peninggalan sejarah, seperti batu-batu yang tertata rapi dan beberapa bekas lubang yang dulunya digunakan sebagai ventilasi udara.

Di sepanjang jalan gua, kami terpesona dengan keindahan alam sekitar. Pepohonan hijau yang menjulang tinggi di luar gua memberikan suasana yang asri dan menenangkan. Kami berjalan pelan-pelan, mencoba menyerap setiap detail yang ada di sekitar kami. Beberapa sudut gua tampak menyimpan cerita sejarah, dan kami bisa merasakan betapa pentingnya tempat ini pada masa lalu. 

Meskipun tidak ada banyak informasi sejarah yang dipajang di sekitar gua, kami bisa membayangkan bagaimana gua ini digunakan sebagai tempat perlindungan bagi para prajurit Belanda yang bersembunyi dari ancaman musuh. 

Setelah cukup lama menikmati suasana di dalam Gua Belanda, kami melanjutkan perjalanan dengan perasaan puas, merasa seperti telah berjalan menelusuri waktu dan merasakan sejarah yang hidup di sekitar kami. 

Keluar dari gua dan kembali ke udara segar yang menyambut kami dengan kontras yang menyegarkan, siap untuk melanjutkan penjelajahan ke spot-spot menarik berikutnya di Taman Tahura.

Jalan yang semakin menanjak membuat kami merasa cukup lelah, terutama dengan beratnya perjalanan yang sudah ditempuh sejak pagi. Otot-otot kaki mulai terasa pegal, dan napas pun mulai terengah-engah. 

Keinginan untuk beristirahat semakin besar, dan kami mulai mencari tempat yang nyaman untuk berhenti sejenak. Akhirnya, kami memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah warung kecil yang terletak di sisi jalan. 

Warung itu tampaknya cukup ramai, dipenuhi oleh pengunjung yang juga menikmati istirahat sejenak setelah menjelajah taman. Udara yang sejuk dan angin yang berhembus pelan membuat suasana semakin nyaman untuk beristirahat. Kami duduk di bangku yang disediakan dan memesan beberapa gorengan hangat. 

Tidak lama kemudian, gorengan yang baru digoreng pun datang. Kami menikmati tahu isi, tempe goreng, dan bakwan yang krispi, semuanya terasa begitu lezat dan cocok dengan udara segar di sekitar.

Istirahat kami tidak berlangsung terlalu lama, karena kami ingin segera melanjutkan petualangan. Setelah merasa sedikit lebih segar, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju salah satu spot menarik berikutnya, yaitu penangkaran rusa. Meski tubuh masih sedikit lelah, semangat kami kembali membara setelah menikmati camilan dan udara segar. 

Perjalanan menuju penangkaran rusa cukup menantang, namun pemandangan yang semakin indah membuat kami tetap semangat. Kami melewati jalan setapak yang dihiasi pepohonan rindang, dan sesekali terdengar suara langkah kaki rusa yang berada di balik pepohonan. Tak lama, kami pun sampai di area penangkaran yang sudah cukup ramai pengunjung.

Di penangkaran rusa, kami bisa melihat beberapa rusa yang tampak sedang merumput atau berjalan dengan tenang. Ada beberapa rusa yang lebih mendekat, mungkin karena terbiasa dengan kehadiran manusia. Kami mengambil beberapa foto dan mengamati mereka dengan hati-hati, merasa kagum dengan keanggunan hewan-hewan tersebut. 

Beberapa pengunjung lain juga tampak senang memberi makan rusa dengan wortel yang dapat dibeli di warung dekat penangkaran rusa. Kami pun tak mau melewatkan kesempatan untuk memberi makan beberapa rusa dengan wortel yang sudah kami beli. 

Rasanya menyenangkan bisa berinteraksi langsung dengan hewan-hewan liar yang begitu jinak dan tenang. Kami menghabiskan waktu beberapa menit di sana, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan menuju spot lainnya. Penangkaran rusa memberikan pengalaman yang unik dan menyegarkan, membuat kami merasa lebih dekat dengan alam.

Perjalanan kami melanjutkan ke jalur yang semakin menanjak, membuat tubuh semakin lelah. Setiap langkah terasa semakin berat, dan napas pun mulai terengah-engah. Jarak yang semakin jauh dan medan yang semakin menantang membuat kami merasa kelelahan, namun semangat untuk mencapai tujuan berikutnya tetap mendorong kami. 

Kami berhenti sejenak di beberapa titik, mengambil napas, dan menikmati pemandangan sekitarnya yang semakin menawan meskipun tubuh sudah mulai kelelahan. 

Namun, setelah berjalan cukup jauh, akhirnya kami sampai juga di tujuan yang sangat dinantikan Curug Omas. Semua kelelahan dan rasa lelah kami langsung terbayar begitu melihat keindahan air terjun ini.

Curug Omas menyajikan pemandangan yang luar biasa, dengan air yang jatuh deras dari ketinggian, menciptakan suara gemericik yang menenangkan. Di sekitarnya, pepohonan rindang memberikan suasana teduh dan segar, menciptakan tempat yang sempurna untuk beristirahat dan menikmati keindahan alam. 

Kami duduk sejenak di batu-batu yang ada di sekitar curug, menikmati semilir angin yang membawa kabut air dari aliran air terjun. Beberapa pengunjung lain juga tampak menikmati pemandangan, berfoto, dan sesekali mengabadikan momen di dekat air terjun. Kami pun tak ingin melewatkan kesempatan untuk berfoto, mengabadikan kenangan indah di Curug Omas yang begitu mempesona.

Setelah beberapa saat menikmati keindahan air terjun, kami merasa lebih segar dan siap melanjutkan perjalanan kembali. Keindahan Curug Omas benar-benar memberikan energi baru bagi kami, dan kelelahan yang terasa sepanjang perjalanan akhirnya terbayar lunas dengan pemandangan alam yang luar biasa ini. 

Setelah puas menikmati keindahan Curug Omas, kami pun memutuskan untuk pulang, namun sebelum meninggalkan Taman Tahura, kami tak lupa mampir ke salah satu tempat ikonik yang terkenal di sekitar sini Warung Nasi Ibu Kokom.

Warung ini terletak tidak jauh dari Curug Omas, dan sudah terkenal di kalangan para pengunjung yang mencari makan lezat setelah berkeliling di taman. Begitu kami tiba, suasana warung yang sederhana namun hangat langsung menyambut kami. 

Kami pun langsung memesan makanan, tak lupa untuk mencicipi perkedel yang sudah terkenal enak dan selalu jadi favorit pengunjung. Perkedel yang disajikan hangat, renyah di luar dan lembut di dalam, benar-benar cocok dengan udara sejuk yang menyelimuti kawasan Tahura. Rasanya begitu nikmat, memberikan kehangatan setelah perjalanan panjang kami.

Selain perkedel, kami juga memesan nasi ayam bakar lengkap dengan tahu, tempe, dan lalab yang segar. Setelah seharian berjalan kaki, kami sangat menikmati makan nasi yang begitu menggugah selera. Ayam bakarnya terasa gurih dengan sedikit aroma smoky, sedangkan tahu dan tempe yang disajikan begitu sempurna sebagai pelengkap. 

Lalab segar dan sambal yang pedas memberikan sentuhan rasa yang menyegarkan, menambah kenikmatan hidangan kami. Tak lupa, kami juga memesan secangkir teh hangat yang sangat cocok dengan suasana yang sejuk dan damai di sekitar warung.

Sambil menikmati makanan, kami bercakap-cakap ringan tentang pengalaman kami sepanjang perjalanan. Suasana yang tenang dan nyaman membuat kami merasa betah berlama-lama di warung ini. 

Setelah makan kenyang dan puas, kami pun akhirnya bersiap untuk pulang. Warung Nasi Ibu Kokom menjadi penutup yang sempurna untuk petualangan kami di Taman Tahura. 

Kenikmatan makan di tempat yang ikonik ini benar-benar memberikan kesan tersendiri dalam perjalanan kami yang penuh petualangan, sambil menikmati keindahan alam dan budaya lokal yang begitu kaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun