Indah nian bunga mawar kuning yang mekar di pekarangan rumahku
Gelombang indah mahkota dengan warna jingga kekuningan membuat tergiur hasrat ceria
Hijau daun dan tangkainya membuat semakin dipuja
Aku dapat melihat indah mekarnya bunga-bunga
Dapat melihat burung berkicau bahagia
Dapat melihat ikan muncul dipermukaan mencari udara
Dan dapat melihat senyum indah dari orangtuaku, adikku, guruku, dan kawanku setiap harinya
Namun,
Di negeri suci tiga agama dahulu
Di negeri panutan bangsaku untuk rukun
Terdengar tangisan pedih saudaraku
Senapan tepat di depan kepala yang akan dengan mudah mengoyak tengkorak
Manusia tak diperlakukan manusiawi malah diperlukan bengis oleh zionis
Tak ada mekar mawar menciptakan ketenangan disana
Tak ada ikan, burung, kupu-kupu yang hidup disana
Jangankan hewan,
Tak ada harap melihat hangat senyum dari saudara yang sudah terbujur kaku dengan darah menutupi cantiknya
Tak ada harap pelukan perlindungan dari orangtua yang entah kabar ada di dunia atau sudah pucat pasi
Hanya pekikan penyemangat dengan acungan telunjuk mengudara
Allahuakbar!
Allahuakbar!
Allahuakbar!
Tak ada rasa ingin mengungkit human right yang dideklarasikan dengan gamblang
Hanya berjuang atas nama Allah.
Karena tak ada penolong selain Allah, percayanya.
Hanya segenggam do'a yang menjadi senjata abadi, bukan senjata canggih dari Trump biadab!
Hanya berjuta do'a dari saudara seiman yang menjadi menyemangat dikala melihat satu persatu kawan tumbang
Hanya bermilyar dukungan dari sesama manusia yang menjadi alasan mereka untuk tetap dan akan tetap berdiri tanpa alas kaki meski rembulan akan lebih panas dari mentari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H