Mohon tunggu...
Silviana Eka Dewi Hapsari
Silviana Eka Dewi Hapsari Mohon Tunggu... Guru - Guru Sosiologi

Berusaha yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rembulan Sepanas Mentari

14 Desember 2017   15:55 Diperbarui: 14 Desember 2017   15:59 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indah nian bunga mawar kuning yang mekar di pekarangan rumahku

Gelombang indah mahkota dengan warna jingga kekuningan membuat tergiur hasrat ceria

Hijau daun dan tangkainya membuat semakin dipuja

Aku dapat melihat indah mekarnya bunga-bunga

Dapat melihat burung berkicau bahagia

Dapat melihat ikan muncul dipermukaan mencari udara

Dan dapat melihat senyum indah dari orangtuaku, adikku, guruku, dan kawanku setiap harinya

Namun,

Di negeri suci tiga agama dahulu

Di negeri panutan bangsaku untuk rukun

Terdengar tangisan pedih saudaraku

Senapan tepat di depan kepala yang akan dengan mudah mengoyak tengkorak

Manusia tak diperlakukan manusiawi malah diperlukan bengis oleh zionis

Tak ada mekar mawar menciptakan ketenangan disana

Tak ada ikan, burung, kupu-kupu yang hidup disana

Jangankan hewan,

Tak ada harap melihat hangat senyum dari saudara yang sudah terbujur kaku dengan darah menutupi cantiknya

Tak ada harap pelukan perlindungan dari orangtua yang entah kabar ada di dunia atau sudah pucat pasi

Hanya pekikan penyemangat dengan acungan telunjuk mengudara

Allahuakbar!

Allahuakbar!

Allahuakbar!

Tak ada rasa ingin mengungkit human right yang dideklarasikan dengan gamblang

Hanya berjuang atas nama Allah.

Karena tak ada penolong selain Allah, percayanya.

Hanya segenggam do'a yang menjadi senjata abadi, bukan senjata canggih dari Trump biadab!

Hanya berjuta do'a dari saudara seiman yang menjadi menyemangat dikala melihat satu persatu kawan tumbang

Hanya bermilyar dukungan dari sesama manusia yang menjadi alasan mereka untuk tetap dan akan tetap berdiri tanpa alas kaki meski rembulan akan lebih panas dari mentari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun