"Dimana rasa sukurmu??
Aku bergumam pada diriku sendiri.
Adzan Subuh telah menggema dari masjid-masjid dan mushola sekitarku, Aku segera beranjak dari pinggir Jalan, untuk kembali ke kontrakanku, dalam hati aku mengutuki diriku sendiri.
"kenapa terpengaruh dengan keadaan, harusnya aku ikhlas menerima semuanya"
Satu bulan setelah kejadian turun jabatan, aku menyelesaikan kuliahku, dan 2 bulan kemudian ada lowongna pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaan ku saat itu.
Aku mencoba  peruntungan dengan melamar pekerjaan itu, pada Saat itu banyak orang yang berpikiran bahwa pekerjaan yang aku lamar memerlukan orang dekat dan uang untuk bisa lolos, tapi aku tetap nekad melamar pekerjaan itu hanya  dengan bekal keyakinan akan do'a ibuku dan garis nasib, aku yakini bahwa tugasku hanya berusaha sedangkan hasil tentu sudah digarikan Tuhan.
Aku melamar pekerjaan secara diam-diam, dan hanya teman dekat yang tau kalau aku sedang melamar pekerjaan.
Sampai tiba saat pengumuman penerimaan aku tetap santai dan tidak terburu-buru untuk mengecek pengumuman, satu minggu setelah pengumuman baru aku ngecek di internet, saat itu internet masih susah tidak seperti sekarang ini, aku ke warung internet untuk mengecek pengumuman, dari sekian ratus peserta yang lolos disitu ada namaku.
Rasanya tak percaya kalau aku lolos, aku baca berkali-kali nama dan nomor ujianku di pengumuman itu, ternyata memang benar namaku, aku betul-betul besyukur akan kelolosanku, dimana jelas lowongan itu diminati oleh ribuan orang,
Kembali aku teringat akan nasihat bijak bahwa rejeki sudah ada yang ngatur, dan Tuhan memberiku obat dalam waktu dekat terhadap kondisi pekerjaanku, begitulah kata biak lainnya mengatakan "hidup bisa saja menumbangkan kita, tetapi kitalah yang memilih untuk bangkit atau menerima keadaan"
                             Â