Namun yang pasti, kenaikan tarif Ojol tersebut tentunya akan berpengaruh pada konsumen, sekarang konsumen akan jadi lebih hitung hitungan dalam menggunakan Ojol.
Sehingga konsumen bisa saja jadi meninggalkan layanan Ojol kalau dirasa tarif dinilai semakin tidak realistis atau jauh lebih mahal untuk apa pakai Ojol, mungkin konsumen akan kembali beralih kepada angkutan umum.
Atau boleh boleh saja tarif Ojol naik, tapi mesti ada peningkatan mutu dan kualitas pelayanan yang lebih baik dari pihak aplikator.
Para aplikator Ojol juga harus mempertimbangkan sisi perekrutan, sehingga harus lebih selektif, dan dapat memberi jaminan mutu dan kualitas terkait ojol saat dipesan, baik pengemudi ojolnya dan kendaraannya harus benar benar sesuai aplikasi.
Banyak konsumen yang merasa sangat kecewa, sudah tarifnya mahal tapi ojolnya tidak sesuai dengan pesanan di aplikasi, mau dicancel jadi serba salah dan tidak tega.
Para aplikator Ojol seharusnya juga wajib memberikan solusi, terkait para Ojol yang sering ngetem menunggu pesanan tapi mengambil ruang publik, tak jarang kita lihat para ojol sering ngetem disembarang tempat seperti dibadan jalan, ditrotoar, dipengkolan tikungan, dan tempat ruang publik lainnya.
Aplikator seharusnya dapat menyediakan semacam terminal atau bahasa kerennya shelter, untuk tempat tunggu atau ngetem sembari para Ojol menunggu pesanan.
Karena dengan ngetemnya para Ojol ini disembarang tempat, tentu saja sangat mengganggu kenyamanan publik.
Padahal ruang publik tidak bisa digunakan semata mata untuk kepentingan perorangan atau kelompok tertentu saja.
Jadi, berlatar dari semua penjabaran diatas, diharapkan agar dapatnya para aplikator Ojol dapat memikirkan, mempertimbangkan dan mengevaluasinya.
Kualitas mutu dan layanan kepada publik atau konsumen mesti ditingkatkan dan memprioritaskan penyediaan terminal terminal atau shelter bagi para Ojol agar tidak ngetem sembarangan.