Mohon tunggu...
Ali Norvin
Ali Norvin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta wanita Indonesia

seniman jalanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pahala Haji Mabrur untuk Ali bin Muwaffaq

22 Desember 2018   14:47 Diperbarui: 29 Desember 2018   15:32 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengambil Miqat di Bir Ali (Dokpri)
Mengambil Miqat di Bir Ali (Dokpri)
"Bolehkah anda ceritakan perjalanan kehidupan anda dalam beberapa waktu terakhir, khususnya terkait dengan ibadah haji" Tanya Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi.

"Tidak ada tuan, saya tidak pernah melakukan amalan apapun terkait ibadah haji, kecuali......", Jawab Ali kembali.

"Setiap musim haji tiba, saya selalu menangis jika  mendengar suara talbiyah: 'Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika laa syariika laka labbaika. Innal hamda wanni'mata laka wal mulka. laa syariika laka' dan saya selalu berdoa "ya Allah aku rindu Makkah. ya Allah aku merindu Ka'bah. Ijinkan aku datang, ijinkan aku datang ya Allah"

"Karenanya, setiap hari saya selalu menabung dari sebagian penghasilan saya sebagai tukang sol sepatu. Hari demi hari, sedikit demi sedikit saya terus giat menabung, hingga akhirnya pada musim haji tahun ini, tabungan saya sebanyak 350 dirham cukup untuk saya gunakan untuk berhaji dan saya sudah siap berhaji. Tapi saya batal berangkat haji"

"Kenapa?" Tanya Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi.

"Istri saya sedang hamil dan sedang mengidam berat saat hendak saya tinggalkan berhaji. Tiba-tiba dia mencium bau masakan yang sangat nikmat yang datang entah darimana dan dia meminta saya untuk mencari sumber bau masakan itu sekaligus memintanya barang sedikit untuknya. Kemudian saya pun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata bau masakan itu berasal dari sebuah gubuk reyot yang hampir runtuh, tempat tinggal seorang janda dan enam anak yatim piatu yang dipeliharanya. Saya mengatakan kepadanya, bahwa istri saya yang sedang hamil dan mengidam ingin merasakan masakan yang ia masak, meskipun sedikit. Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya"

Betapa terkejutnya saya, ketika si janda tua mengatakan, "tidak boleh, Tuan"

"Dijual berapapun akan saya beli" Jawab Saya

"Makanan itu tidak dijual, Tuan" kata si janda tua sambil menangis tersedu-sedu.

"Kenapa ?" Tanya saya

Sambil menangis tersedu-sedu, si-janda tua  itu menjelaskan, "Saya sedang memasak daging yang halal untuk kami tapi  haram untuk Tuan"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun