Mohon tunggu...
Ali Norvin
Ali Norvin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta wanita Indonesia

seniman jalanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pahala Haji Mabrur untuk Ali bin Muwaffaq

22 Desember 2018   14:47 Diperbarui: 29 Desember 2018   15:32 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kabah di Masjidil Haram Makkah (Dokpri)

Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi merupakan salah seorang ulama zuhud dan masyhur di Mekkah pada jamannya. Pada suatu kisah, saat beliau selesai menjalani ritual ibadah haji, beliau beristirahat dan tertidur. Didalam tidurnya, beliau bermimpi menyaksikan dua malaikat yang tengah bercakap-cakap.

"Berapa orang yang untuk berhaji tahun ini?" tanya salah satu malaikat.

"Tujuh ratus ribu jama'ah" jawab yang satunya.

"Berapa banyak yang diterima ibadah hajinya?" tanya salah satu malaikat lagi.

"Tidak satupun"  jawab yang satunya lagi

Percakapan dua malaikat ini membuat Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi  menangis gemetar.

Dalam tangis, beliau beliau berucap, "Semua orang - orang ini datang dari berbagai belahan bumi yang jauh dengan berbagai kesulitan dan keletihan di sepanjang perjalanan. Harus menyusuri lautan padang pasir yang luas dan semua sayangnya, ibadah mereka menjadi sia-sia?"

Masih dengan tangis dalam gemetar, Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi tetap mengikuti percakapan malaikat itu.

"Tapi ada seseorang yang ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni, meskipun dia tidak jadi berangkat haji ke Baitullah dan karena orang ini, akhirnya Allah SWT berkenan menerima seluruh ibadah haji orang-orang yang berhaji tahun ini"

"Siapa gerangan orang itu?"

"Ali bin Muwaffaq tukang sol sepatu di Kota Damaskus"

Mendengar nama itu, Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi langsung terbangun dari tidurnya. Selepas menunaikan ibadah haji, dengan rasa penasaran yang membumbung tinggi  Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi langsung menuju kota Damaskus, Syiria untuk menemui si tukang sol sepatu tersebut.

Sesampainya di Damaskus, Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi langsung mencari si-tukang sol yang namanya disebut-sebut malaikat dalam mimpinya dulu. 

Dipinggiran Kota Damaskus, Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi bertemu dengan si-tukang sol tersebut.

"Apakah kamu yang bernama Ali bin Muwaffaq?" Tanya Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi

"Betul, siapakah tuan ?" Jawab Ali.

"Aku  Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi" Jawabnya.

Mendengar jawaban bahwa yang berada dihadapannya adalah seorang ulama termasyhur dari Makkah, Ali jadi menangis terharu.

"Ada keperluan apa tuan mendatangi saya?" Tanya Ali masih dengan rasa tidak percaya.

Sejenak, Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi kebingungan mendapatkan pertanyaan Ali. Bagaimana beliau harus menceritakan mimpi dan memulai pertanyaanya.

"Maaf, saya hanya ingin mengetahui, apa amalan yang telah anda lakukan hai Ali, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur, bahkan juga membuat mabrur ibadah haji para jama'ah yang lain ?" Tanya Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi.

"Wah, saya sendiri tidak tahu kalau soal itu" Jawab Ali.

Mengambil Miqat di Bir Ali (Dokpri)
Mengambil Miqat di Bir Ali (Dokpri)
"Bolehkah anda ceritakan perjalanan kehidupan anda dalam beberapa waktu terakhir, khususnya terkait dengan ibadah haji" Tanya Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi.

"Tidak ada tuan, saya tidak pernah melakukan amalan apapun terkait ibadah haji, kecuali......", Jawab Ali kembali.

"Setiap musim haji tiba, saya selalu menangis jika  mendengar suara talbiyah: 'Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika laa syariika laka labbaika. Innal hamda wanni'mata laka wal mulka. laa syariika laka' dan saya selalu berdoa "ya Allah aku rindu Makkah. ya Allah aku merindu Ka'bah. Ijinkan aku datang, ijinkan aku datang ya Allah"

"Karenanya, setiap hari saya selalu menabung dari sebagian penghasilan saya sebagai tukang sol sepatu. Hari demi hari, sedikit demi sedikit saya terus giat menabung, hingga akhirnya pada musim haji tahun ini, tabungan saya sebanyak 350 dirham cukup untuk saya gunakan untuk berhaji dan saya sudah siap berhaji. Tapi saya batal berangkat haji"

"Kenapa?" Tanya Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi.

"Istri saya sedang hamil dan sedang mengidam berat saat hendak saya tinggalkan berhaji. Tiba-tiba dia mencium bau masakan yang sangat nikmat yang datang entah darimana dan dia meminta saya untuk mencari sumber bau masakan itu sekaligus memintanya barang sedikit untuknya. Kemudian saya pun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata bau masakan itu berasal dari sebuah gubuk reyot yang hampir runtuh, tempat tinggal seorang janda dan enam anak yatim piatu yang dipeliharanya. Saya mengatakan kepadanya, bahwa istri saya yang sedang hamil dan mengidam ingin merasakan masakan yang ia masak, meskipun sedikit. Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya"

Betapa terkejutnya saya, ketika si janda tua mengatakan, "tidak boleh, Tuan"

"Dijual berapapun akan saya beli" Jawab Saya

"Makanan itu tidak dijual, Tuan" kata si janda tua sambil menangis tersedu-sedu.

"Kenapa ?" Tanya saya

Sambil menangis tersedu-sedu, si-janda tua  itu menjelaskan, "Saya sedang memasak daging yang halal untuk kami tapi  haram untuk Tuan"

"Kenapa bisa haram bagi saya?" Tanya saya lagi karena penasaran.

"Sudah beberapa hari ini kami tidak makan tuan. Kami sama sekali tidak mempunyai persediaan bahan makanan. Tadi pagi kami melihat bangkai keledai tergeletak di kebun, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk kami masak sampai istri tuan mencium baunya" Dengan tangisnya yang menyayat hati, si-ibu janda tua itu menjelaskan duduk perkaranya kepada saya".

Suasana Kota Makkah (Dokpri)
Suasana Kota Makkah (Dokpri)
"Mendengar ucapan si-ibu janda tua tersebut, saya langsung menangis dan langsung berpamitan pulang. Saya langsung menceritakan semuanya kepada istri saya.  Mendengar cerita saya, istri saya juga ikut  menangis sesenggukan dan langsung memasak makanan untuk si-ibu janda tua tersebut. Setelah selesai, kami langsung mengantarkan masakan tersebut".

"Ini masakan untukmu dan saya mohon jangan anda makan masakan anda yang tadi"  Kata istri saya kepada si-ibu janda tadi.

"Selain masakan istri saya tadi, saya juga memberikan uang sebayak 350 dirham yang sedianya akan saya gunakan untuk menunaikan ibdah haji ke Baitullah". 

"Manfaatkanlah uang 350 dirham ini untuk keluarga anda, agar anda tidak kelaparan lagi" Kata saya kepada si-ibu janda tua.

"Ya Allah ... disinilah Hajiku, Ya Allah ... disinilah Makkahku" Doa saya kepada Allah SWT sesaat kemudian dengan harapan doa saya diterima Allah SWT.

Mendengar cerita tersebut, Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi pun tak bisa menahan air matanya. 

"Masha Allah! Anda memang patut mendapatkanya hai Ali bin Muwaffaq" Ucapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun