"Tidak ada tuan, saya tidak pernah melakukan amalan apapun terkait ibadah haji, kecuali......", Jawab Ali kembali.
"Setiap musim haji tiba, saya selalu menangis jika  mendengar suara talbiyah: 'Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika laa syariika laka labbaika. Innal hamda wanni'mata laka wal mulka. laa syariika laka' dan saya selalu berdoa "ya Allah aku rindu Makkah. ya Allah aku merindu Ka'bah. Ijinkan aku datang, ijinkan aku datang ya Allah"
"Karenanya, setiap hari saya selalu menabung dari sebagian penghasilan saya sebagai tukang sol sepatu. Hari demi hari, sedikit demi sedikit saya terus giat menabung, hingga akhirnya pada musim haji tahun ini, tabungan saya sebanyak 350 dirham cukup untuk saya gunakan untuk berhaji dan saya sudah siap berhaji. Tapi saya batal berangkat haji"
"Kenapa?" Tanya Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi.
"Istri saya sedang hamil dan sedang mengidam berat saat hendak saya tinggalkan berhaji. Tiba-tiba dia mencium bau masakan yang sangat nikmat yang datang entah darimana dan dia meminta saya untuk mencari sumber bau masakan itu sekaligus memintanya barang sedikit untuknya. Kemudian saya pun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata bau masakan itu berasal dari sebuah gubuk reyot yang hampir runtuh, tempat tinggal seorang janda dan enam anak yatim piatu yang dipeliharanya. Saya mengatakan kepadanya, bahwa istri saya yang sedang hamil dan mengidam ingin merasakan masakan yang ia masak, meskipun sedikit. Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya"
Betapa terkejutnya saya, ketika si janda tua mengatakan, "tidak boleh, Tuan"
"Dijual berapapun akan saya beli" Jawab Saya
"Makanan itu tidak dijual, Tuan" kata si janda tua sambil menangis tersedu-sedu.
"Kenapa ?" Tanya saya
Sambil menangis tersedu-sedu, si-janda tua  itu menjelaskan, "Saya sedang memasak daging yang halal untuk kami tapi  haram untuk Tuan"