Sikap Phoa dalam tahanan terpuji. Walaupun ia mengalami banyak siksaan kejam dalam berbagai sesi interogasi, ia tidak pernah menyusahkan para kawannya. Atribut ini berbeda dengan sikap beberapa tokoh PKI dan ormas kiri lainnya yang tidak tahan dengan siksaan, sehingga versi militer yang bertentangan dengan fakta dijadikan dasar penangkapan massal. Walaupun Phoa tergolong tokoh politik senior, di dalam tahanan ia merakyat. Ia bersolidaritas dengan para tahanan muda di dalam penjara. Kiriman makanan isteri setianya, Betsy Phoa, selalu dibagikan ke sesama tapol.
Setelah Phoa resmi "dikembalikan ke dalam Masyarakat" pada Agustus 1978, ia mulai merintis kembali biro konsultasi hukum. Berkat para pedagang Tionghoa totok yang menghargai kualitas jasa yang ia berikan, sejak awal 1980, biro konsultasi hukum Phoa berkembang pesat.Â
Keberhasilan Phoa sebagai pengacara dengan predikat eks Tapol mungkin merupakan pengecualian. Akan tetapi keberhasilan ini tidak dinikmati sendiri. Ia banyak membantu para eks tapol baik dalam membantu mereka melalui hidup susah dan dalam memperoleh pekerjaan.
Phoa, yang meninggal pada Januari 1995, Â dikenal pula sebagai seorang yang pragmatik. Yang diutamakan olehnya adalah bertahan hidup dan berupaya mencapai tujuan hidupnya sebagai seorang socialist. Ia mendorong para temannya untuk tidak memasalahkan berbagai hal yang bisa merugikan tujuan ini.
Sikap pragmatik yang didukung oleh kebijaksanaan, kematangan berorganisasi dan ketrampilan dalam bidang hukum dan politik, menyebabkan Phoa patut masuk dalam daftar tokoh Tionghoa yang berjasa untuk Indonesia...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI