Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seperti Tarian Paradoks

6 Desember 2024   11:17 Diperbarui: 6 Desember 2024   13:04 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tarian Paradoks | Sumber Gambar  pixabay.com 

Ia hanya tersenyum. Senyum itu---selalu senyum itu---menghancurkan segalanya, tetapi aku tidak pernah bisa menolaknya. "Benci adalah bentuk cinta yang lain," ujarnya. "Kau tidak bisa membenci tanpa peduli."

Sial, aku ingin membantah, tetapi tidak ada gunanya. Kata-katanya bagai pisau yang menancap terlalu dalam, dan aku terlalu lelah untuk mencabutnya.

Malam ini, di malam terakhir tahun ini, aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi aku tahu bahwa aku tidak bisa terus hidup dalam siklus ini. Jadi, aku mengundang Theri ke apartemenku.

Ia datang seperti biasa, dengan keheningan yang menakutkan, seolah-olah tahu apa yang ada di pikiranku sebelum aku mengatakannya. Aku menyiapkan anggur merah, memutar musik klasik, dan menunggu waktu yang tepat untuk memulai pembicaraan.

"Aku ingin mengatakan sesuatu," kataku akhirnya. Suaraku terdengar asing di telingaku sendiri.

Ia menatapku. Ekspresinya tenang mirip permukaan danau yang menyembunyikan kedalaman yang tak bisa diduga. "Aku juga," katanya, nyaris berbisik.

Aku mengangguk, memberi isyarat kepadanya untuk bicara lebih dulu.

"Tahukah, Agung? Kau adalah eksperimenku yang menarik. Aku tidak pernah mencintaimu. Aku hanya ingin tahu sejauh mana seseorang bisa menikmati rasa sakit. Dan kau ... kau telah melampaui ekspektasiku."

Aku tidak bergerak. Dunia di sekitarku melambat. Kata-kata itu seperti jarum yang menusuk-nusuk setiap inci kulitku. Ia baru saja membalikkan seluruh kenyataan yang kukenal. Aku ingin marah, tetapi aku tidak bisa. Sebaliknya, aku tersenyum.

"Aku tahu." jawabku pelan.

Ia terkejut. "Apa maksudmu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun