"Oke, itu menyenangkan," jawab Ibu.
Saya berdiri meski belum selesai menghabiskan makanan. Lalu, saya berkata kepada Adik, "Ayo. Kita menonton film!" Adik menurut.
Namun, Ayah menegur. "Mau ke mana kalian? Duduk dan selesaikan makannya!"
"Tapi, Yah---"
"Duduklah. Selesaikan makanan kalian. Kita ingin makan malam seperti keluarga penuh cinta, bukan?"
Saya dan Adik kembali duduk dengan terpaksa.
"Habiskan dulu makanannya. Setelah itu kalian bisa pergi menonton film, ya." Ibu ikut berkata, tetapi lebih menenangkan.
"Baiklah, Bu," jawab saya lebih lembut.
"Mathius, bagaimana dengan sepak bolamu? Siap menjadi Ronaldo berikutnya?" tanya Ayah kepada saya.
Sebelum saya menjawab, Ayah mulai berkata lagi, "Sudah Ayah bilang pada ibumu, seharusnya..." Namun, ucapannya terhenti, menatap Ibu sejenak, lalu berkata ringan, "Ada sesuatu di rambutmu, Sayang."
Lucu sekali, Ibu mengibas-ibas rambutnya seakan-akan itu masalah besar. Di meja makan ini, segalanya harus terlihat wajar---setidaknya yang terlihat di mata Adik.