Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Macam Apa Saya Ini?

19 Oktober 2024   17:30 Diperbarui: 30 Oktober 2024   17:40 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang anak laki-laki yang mengalami perasaan kurang nyaman di rumahnya| sumber gambar pixabay.com

"Saya tidak bisa lagi bertahan! Kamu selalu beralasan sibuk!" Teriakan Ibu makin melengking.

Saya tidak menginginkan hal ini terjadi kepada siapa pun yang malang. Anak-anak malang sering kali terpaksa merasakan terpuruk akibat hubungan kacau orang tua. Jiwa kami terganggu. Ada kalanya, saya ingin menghilang atau berjalan ribuan kilometer hanya untuk membebaskan saya dari pikiran-pikiran buruk tentang keluarga saya. Saya bahkan berharap bisa terbang, lalu keluar dari semua ini.

Ibu terus berteriak-teriak. "Kalau ingin pergi, pergi saja!"

Saya tahu saat ini---dan memang telah lama mengetahuinya---bahwa tidak ada yang bisa menghentikan pertengkaran itu. Tidak ada yang bisa memutuskan rantai ketegangan yang terus mengikat keluarga saya. Hal-hal yang pernah saya lihat, mungkin ini yang paling menghantui saya.

Suara Ayah dan Ibu bersahut-sahutan, kencang, keras, hingga kemudian suara-suara itu berhenti setelah pintu rumah terbanting, lalu berganti dengan raungan panjang, dan selanjutnya suara tangis Ibu.

Saya membuka pintu kamar, mengendap-ngendap, ingin melihat apa yang terjadi. Adik mengikuti dari belakang dan saya katakan kepadanya, "Tidak ada apa-apa, kembali saja tidur." Adik terlalu kecil untuk mengerti.

Di ruang tamu, Ibu terduduk di lantai, menangis terisak dengan memeluk kedua lutut. Saya mendekat.

"Bu, apa yang terjadi?" Hati kecil saya perih melihat Ibu seperti itu.

"Tidak apa-apa, Nak. Kembali ke kamar. Ibu baik-baik saja."

"Tidak, saya tidak akan meninggalkan Ibu. Tolong katakan apa yang sebenarnya terjadi."

Ibu meraih tubuh saya dalam pelukan. "Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan, Nak. Segalanya baik-baik saja." Namun suara tangis Ibu tidak mampu untuk menyembunyikan keadaan yang nyatanya tidak baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun