Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Antara Aku, Ayah, dan Marcus, serta Hari-Hari yang Membuatku Panas

8 Oktober 2024   22:56 Diperbarui: 10 Oktober 2024   17:07 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku terkejut, tetapi sangat senang. Marcus ternyata baik. Aku bangkit, meletakkan buku di tanah.

"Ya, mau," jawabku bersemangat.

"Kau tahu cara bermainnya?" Ia menjelaskan aturan permainan bola. "Kau harus memukul bola sebelum memantul dua kali, tapi kau tidak boleh memukulnya sebelum memantul pertama kali. Kalau kau membiarkan bola memantul dua kali, kau tersingkir, artinya kalah."

Aku mengangguk meski belum terlalu paham, tetapi, aku ingin ikut. Kami mulai bermain, dan aku berusaha mengikuti aturan.

"Kau dari mana?" Marcus bertanya di sela-sela bermain.

"Eh, aku? Dari kota besar," jawabku pelan.

"O, anak kota. Makanan favoritmu apa?"

"Apa saja, kurasa, aku suka semua."

"Pantas saja badanmu gembul." Marcus dan teman-temannya terkekeh-kekeh. Aku hanya tersenyum canggung.

Tiba-tiba, Marcus mengubah aturan permainan bola. Ia menyuruhku berdiri di dekat tembok dan tidak boleh bergerak. Aku menurutinya, berdiri menempelkan punggungku di tembok. Anak perempuan, yang terus berdiri di pinggir, melihatku sambil tersenyum. Senyumnya manis.

Marcus kemudian mengambil ancang-ancang melempar bola ke dinding. "Jangan bergerak!" teriaknya. Bola itu terlempar mengenai tubuhku. Aku berpikir ia hanya bercanda, nyatanya bola itu benar-benar mengarah ke tubuhku. Aku mencoba mengelak, tetap saja terkena.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun