Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kemerdekaan Saipudin dari Balik Cermin

24 Agustus 2024   15:03 Diperbarui: 24 Agustus 2024   19:23 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi  cerpen Kemerdekaan Saipudin dari Balik Cermin| sumber gambar istockphoto

Tepuk tangan meriah bergema di seluruh alun-alun. Mata Saipudin menyapu kerumunan. Betapa wajah-wajah tampak kagum kepadanya. Para pejabat di panggung pun menyalaminya penuh hormat. Mereka memuji-muji keberhasilan Saipudin dalam memimpin kota kendati semua itu terlihat palsu dan berpura-pura.

Saipudin pun hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Ia menyadari betul sungguh munafiknya para petinggi itu. Dalam hati, Saipudin tahulah bahwa pujian-pujian itu hanyalah cara mereka mendekati kekuasaan dan mengamankan posisi masing-masing, tetapi ia tidak terlalu peduli, selama mereka semua tetap berada dalam kendalinya.

Dua minggu perayaan berlalu. Malam-malam, Saipudin mengunci diri di ruang kerjanya. Lampu di ruangan itu sengaja ia nyalakan redup, hanya lampu kerjanya yang terang. Ia duduk di belakang meja kayu mahoni sambil meneliti setiap dokumen rahasia dan laporan yang berserak di atas meja. Tangannya bergerak cekatan meneliti setiap lembaran. Ia sadar, dalam beberapa waktu, semua yang ada di hadapannya ini akan berakhir. Sesuatu yang telah ia jalankan sangat hati-hati.

Pikirannya melayang ke saat-saat semuanya dimulai. Dari keputusan kecil yang kelihatan sepele untuk memanfaatkan posisi yang ia miliki, hingga pengembangan jaringan yang makin luas, semua itu bagian dari rencana yang dirancang cermat. Setiap tindakan merupakan bagian strategi besar. Sebuah permainan kekuasaan yang harus dimainkan dengan kebijakan---setidaknya terasa benar bagi dirinya sendiri.

Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu. Saipudin tersentak. Ia membiarkan pintu itu terbuka perlahan. Lagi-lagi, muncul asisten muda.

"Izin, Pak, ada tamu ingin bertemu Bapak."

"Ya, persilakan masuk!"

Seorang pria paruh baya masuk. Ekspresinya serius. Ia Sigit Wardana, seorang jaksa yang dulunya teman baik Saipudin sebelum keduanya masuk ke dunia politik. Tanpa basa-basi, Sigit meletakkan sebuah map di atas meja. Saipudin memandang map itu. Alisnya terangkat.

"Apa ini, Sigit?"

"Ini bukti-bukti korupsi dirimu terlibat. Aku sudah berusaha menutupinya, tapi sekarang sudah tidak bisa lagi."

Saipudin terdiam sejenak, lalu tertawa kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun