Aku dan Emily saling bersinergi. Mungkin saja bagi Emily, aku pun merupakan satu-satunya orang di rumah sakit ini yang mampu memahami keberadaan dirinya di sini. Bisa saja demikian, bukan?
Pertemananku dengan Emily kuceritakan kepada David, saat tunanganku itu datang pada hari ketiga puluh lima. Beruntungnya, aku mendapatkan hak istimewa menerima tamu dan diperbolehkan berjalan-jalan dengan David di area taman di luar gedung.
"Emily menghabiskan hari-harinya di sini bersamaku. Aku tidak percaya dengan semua hal tentang keinginannya untuk bunuh diri atau juga dia yang mengalami depresi berat."
"Apa yang terjadi pada Emily mungkin sangat buruk. Dia sakit."
"Tapi aku tetap tidak percaya dia sakit."
"Aku tahu dia seperti saudara perempuanmu. Tapi kamu tidak tahu apa-apa dari apa yang sekadar kamu dengar darinya."
Ya, mungkin saja David benar, sebab kemunculan Emily pun membubuhkan tanda tanya besar bagiku.
Kami lalu membicarakan hal lain, termasuk kondisiku pada eksperimen ini. Mengenai syarat pembebasanku, kukatakan kepada David bahwa aku sudah bertindak normal dan mengaku tidak lagi mengalami halusinasi tambahan kepada pihak rumah sakit.
"Kamu luar biasa, Theri. Sudah waktunya eksperimen ini berakhir. Aku telah menemui Dokter Haris. Tiga empat hari ke depan, secepatnya, aku akan mengurus berkas pembebasanmu dan membawamu pulang."
"Betulkah?"Â
Kami terus berjalan-jalan dan berbincang-bincang. Tanpa sadar, aku dan David telah berada di bagian lain di dinding rumah sakit yang sepi. David tiba-tiba memelukku dan mengecup keningku. Selepas itu, kami bercumbu sesaat. Aku menikmatinya. Inilah bagian dari kewarasan hidup yang aku suka.