Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seperti yang Kau Minta

1 Agustus 2024   04:47 Diperbarui: 1 Agustus 2024   05:10 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seperti yang kau minta tentang hubungan dan konflik dalam keluarga| sumber gambar pixabay

Mar semakin berteriak.

"Karena Ibu ingin yang terbaik untukmu! Apa kau pikir Ibu dan Bapak tidak peduli? Kami bekerja keras agar kau bisa sekolah tinggi dan punya masa depan yang cerah, bukan untuk melihatmu terlibat dalam masalah seperti ini!"

"Bu, coba tenang sedikit," ujarku menengahi, "kita bicarakan nanti di rumah."

Mar mengembuskan napas keras.

"Kita berhenti dulu untuk makan," ajakku.

Dalam keadaan lapar, emosi sering kali tidak dapat terkendali. Mereka diam dan kuanggap itu bentuk persetujuan. Maka kami berhenti di restoran kecil untuk mengisi perut.

Pelayan datang menghampiri kami dan menyerahkan daftar menu. Mirel memilih paket ayam goreng lengkap dengan minuman dingin, Mar hanya ingin sup kentang hangat dan air mineral, sementara aku memesan nasi bakar dan kopi panas. Pelayan meminta kami sabar menunggu dalam beberapa menit.

Kami tiba-tiba merasa kikuk. Mirel menggigit-gigit kuku jarinya dengan mata ke sana kemari. Mar lantas menegurnya dengan tajam.

"Hentikan kebiasaan burukmu itu, Mirel!"

Mirel mendengkus, lalu melepaskan jaketnya dengan gerakan kasar. Astaga! Sekilas aku melihat ada semacam bekas goresan benda tajam di pergelangan tangannya. Ada apa dengan anakku? Hatiku seketika teriris---luka.

Aku pamit ke toilet. Begitu melangkah masuk dan menutup pintu---tanpa ada siapa pun di dalam---aku membiarkan air mata yang sudah lama tertahan mengalir. Tanganku menggempur dinding toilet, sembari memaki-maki diriku sendiri atas kesalahan dan ketidakdigdayaanku sebagai seorang bapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun