Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Aku Pikir Kau Sahabatku yang Baik

14 Oktober 2023   14:46 Diperbarui: 17 Oktober 2023   00:30 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepedaku mendekati rumah Marcus. Rumahnya bagus dan besar. Mungkin karena pekerjaan Ayahnya pengembang perumahan---katanya Marcus begitu. Di seberangnya terdapat tanah kosong. Anak-anak riuh bermain sepak bola di sana. 

Tepat ketika aku di depan pagar rumah Marcus, bola sepak itu sekonyong-konyong terlempar masuk ke pekarangannya---barangkali seorang anak menendangnya dengan sangat kencang. 

Tiga anak laki-laki kemudian menghampiriku, mungkin mereka hendak menjemput bolanya. Tiba-tiba, Marcus keluar membawa bola itu. Begitu dia mendekat, anak-anak tersebut malah berlari menjauh. Aku kasihan melihat Marcus.

Markus kembali masuk. Tidak lama, dia keluar lagi menuntun sepeda dan mengayuh pedalnya menjauhiku.

"Marcus, tunggu!"

Marcus menuju bukit dan aku mengejarnya. Kami kemudian berhenti di dekat pohon jambu air. Marcus segera memanjat dan menjatuhkan beberapa jambu sebelum turun. Kami menikmati jambu itu sambil duduk di rerumputan. Buahnya ranum sekali. Rasanya segar dan manis. 

"Mari kita pecahkan jendela Nyonya Mirna malam ini!" Tiba-tiba saja Marcus berkata seperti itu.

"Nyonya Mirna yang rumahnya seperti kastil Belanda itu? Mengapa?"

"Ayahku bilang, Nyonya Mirna keras kepala karena tidak mau menjual rumahnya. Jadi, aku harus melunakkan kepalanya. Ayo, kita cari batu-batu di sekitar sini!"

"Menurutku, kita tidak perlu memecahkan jendelanya."

"Kau takut Ayahmu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun