Seminggu kemudian, aku dibuatnya bingung. Marcus mengatakan kepadaku kalau Pak Zulhan datang ke rumahnya dan telah meminta maaf kepada orang tuanya.Â
Setelahnya, aku malahan tidak pernah melihat Pak Zulhan mengajar di sekolah kami lagi---entah beliau pergi ke mana. Herannya, Marcus pun sudah tidak pernah mendapatkan hukuman guru lagi di sekolah meskipun dia tidak pernah mengerjakan tugas.
"Jadi, kau ikut nanti malam, kan?"
"Tolong jangan lakukan ini."
"Sebaiknya kau mengenakan gaun perempuan saja. Itu cocok untuk orang-orang pengecut seperti kau!"
"Bukan begitu, Marcus. Aku---"
"Kau mulai tidak setia kawan. Aku pikir, kau sahabatku yang baik. Tadi di sekolah, kau bahkan ikut menertawakanku bersama yang lain waktu aku ketiduran di sekolah."
"Sumpah, aku tidak tertawa."
"Kau tertawa. Aku melihatmu. Kau berbohong dan sekarang hendak meninggalkanku."
Marcus berdiri mengambil sepedanya dan pergi.Â
"Sahabat macam apa, kau!"