Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Aku, Grey, dan Tempat Terindah

1 Februari 2023   23:35 Diperbarui: 22 Februari 2023   09:08 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Indah? Ta-tapi, Grey. Ini kuburan! Ini ulang tahun giok kita dan kau membelikanku kuburan? Kau tidak mengharapkan aku mati sekarang, bukan? Atau kau yang mau meninggalkanku segera? Hei, ada apa denganmu? Jangan membuat lelucon yang tidak lucu."

Entah apa yang ada di pikiran Grey. Dia bahkan mengatakan bahwa ini hadiah terbaiknya selama pernikahan kami. Meskipun sudah membayar mahal untuk semuanya, dengan lokasi pemandangan indah favorit kami, alam, pantai, ombak, burung camar, tetapi aku menganggapnya sebagai hadiah yang sungguh konyol. Dia seharusnya bisa membelikanku anting-anting atau kalung atau bros, maksudku, bukan barang mewah, aku hanya ingin sesuatu yang bagus dan normal.

Grey berbaring di atas rerumputan, lalu menggerakan tangan dan kakinya saling menyilang seperti kupu-kupu terbang dalam posisi tidur. Dia tak ubahnya bagai bocah laki-laki yang baru mengenal alam bebas.

"Kemarilah, Sayang. Ini area makam yang sangat bagus. Di sini cukup nyaman," katanya tanpa merasa bersalah.

Oh, Tuhan, aku hidup dalam mimpi buruk. Dari semua hal lucu yang telah dia lakukan selama bertahun-tahun, aku bahkan masih gembira meski mendapat hadiah buruk berupa pakaian pelacur saat aku lima puluh tahun dan dia menunjukkannya ke semua orang. Lantas, apa hubungannya petak pemakaman dengan peringatan pernikahan giok kami? Aku curiga ada hubungan logis dan hal yang menarik di kepalanya.

Grey bangkit dari posisi tidurnya, membersihkan helai-helai rumput yang menempel di bajunya. Wajahnya seperti menyimpan cerita. Benar saja, kecurigaanku mulai terkuak saat dia mengatakan kalau dulu, ketika aku dua puluh dua tahun dan masih berpacaran dengannya, kami datang ke sini dengan motorku. Kami duduk di tembok pembatas makam, melihat matahari terbenam, dan aku mengatakan ingin dimakamkan di sini agar bisa menatap pemandangan ini selamanya.

"Itu sangat romantis, Suzan. Kau memberi kesan yang besar kepadaku."

Namun, aku benar-benar tidak yakin pernah mengatakan hal itu. Meski sudah berumur---biasanya ingatan pun sudah memudar---aku masih ingat dan meyakinkan diri bahwa dia salah mendengar. Aku ingat betul kalau kami tidak pernah pergi mengendarai motor. Kami selalu mengendarai mobil miniku saat pergi bersama ke mana-mana. Atau ... astaga! Aku ingat. Ya, Grey pernah berkencan dengan seorang gadis ke pantai ini mengendarai motor dan itu sebelum bertemu denganku.

"Grey, yang kau ingat itu Emilia. Dialah yang bicara begitu, bukan? Jadi, maksudmu, kau baru saja membelikanku kuburan perempuan lain untuk ulang tahun pernikahan kita?"

Grey terhenyak. "Tidak. Tolong jangan salah paham. Maksudku sebenarnya ini cukup lucu. Kita akan menertawakan ini besok."

"Apakah kamu benar-benar ingin mencoba menyakitiku?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun