Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membeli Kebahagiaan

2 Januari 2023   21:08 Diperbarui: 6 Januari 2023   11:24 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi botol kebahagiaan|by pixabay

Aku kemudian tersadar. Dari apa yang kulihat di dalam, kamarku berubah, perabotan berubah, dinding pun dicat dengan warna berbeda, semuanya berbeda. Benarkah ini memang bukan rumahku? Pada saat ini keadaan tidak ada yang masuk akal. Kepalaku seperti terbentur dan aku terbius. Aku keluar rumah meninggalkan pria berjanggut itu yang memandangku dengan wajah melongo.

Aku mengeluarkan ponsel untuk menelpon Emilia agar istriku itu bisa menenangkan kebingunganku, tetapi kontaknya tidak ada. Nyatanya tidak ada apapun di ponselku, tidak ada pesan-pesan, tidak ada panggilan sebelumnya, tidak ada gambar-gambar. Sepertinya ponselku telah distel ulang ke pengaturan pabriknya. Apakah Rosela benar-benar wanita penyihir dan melakukan sihirnya ketika aku tidak melihatnya?

Aku harus kembali ke kantor. Semua kontak telah kucadangkan di komputer kerja. Hujan masih turun tapi aku menerjangnya. Sepanjang perjalanan ke kantor, aku bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Kepalaku berdenyut-denyut. Begitu sampai di kantor, aku pun dihadang oleh penjaga di sana.

"Maaf, Pak. Kantor sudah tutup," katanya.

"Ya, saya tahu. Tapi ada benda yang tertinggal di meja kerja saya."

Ketika kukatakan aku akan masuk sebentar, penjaga kantor itu meminta kartu aksesku. Ini benar-benar seperti kejutan yang menyebalkan, kartu itu tidak kutemukan di dalam dompet. Penjaga itu memintaku untuk menyebutkan nama lengkapku dan departemen tempatku bekerja di kantor.

Penjaga itu mencatatnya. Dia menghubungi seseorang dengan ponselnya. Lima menit kemudian, dia kembali berbicara kepadaku.

"Maaf, Pak. Informasinya, kantor ini tidak memiliki karyawan bernama Pranaga Abyasa. Apakah Anda punya janji dengan seseorang?"

Aku mundur, terkejut, hampir tersandung kakiku sendiri. Aku baru saja berada di kantor ini beberapa jam yang lalu. Apa yang terjadi kepadaku? Aku merasa seperti terkena Alzheimer, tetapi mengalami setiap tahap dalam satu hari. Aku menatap tanganku meyakinkan diri kalau masih berada di tubuh yang tepat. Ponselku berbunyi.

"Halo, bagaimana kabarnya?"

Aku tercengang karena mengenali suaranya. Rosela membuatku marah karena dengan santainya dia menanyakan kabarku setelah aku mengalami semua kejadian yang sungguh tidak bisa kumengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun