"Tunggu! Bukankah benda ini dijual? Berapa harganya?"
"Jangan khawatir, Anda bisa membayarnya nanti," katanya sebelum pergi dengan mobilnya.
Apa yang baru saja terjadi? Aku melihat ke botol itu lagi. Pancarannya benar-benar memesona. Aku memasukannya ke dalam saku dan bisa melihat cahayanya sedikit melalui celanaku sebelum memutuskan untuk pulang.
Hari yang tadinya cerah tiba-tiba berubah menjadi gelap dengan awan hitam menyelimuti langit. Karena kuperkirakan akan turun hujan deras, aku melaju sedikit lebih kencang. Akhirnya sampai juga di depan rumah. Hujanpun turun.
Aku mengetuk pintu dan memanggil Emilia dengan suara keras agar dia bisa mendengarkan suaraku yang beradu dengan bunyi hujan. Saat pintu dibuka, aku disambut oleh seorang pria bertubuh jangkung dengan rambut keriting dan janggut seperti tidak terawat.
"Mencari siapa, Bung?"
Mencari siapa? Pertanyaan yang kurang sopan menurutku. Seharusnya aku yang bertanya mengapa dia ada di rumahku. Seketika aku mencium sesuatu yang tidak sedap tentangnya, tentang Emilia. Dadaku bergemuruh. Pikiranku membayangkan mereka berbuat yang tidak-tidak ketika aku tidak di rumah. Jika memang Emilia bermain curang di belakangku, tentu aku tidak akan bisa memaafkannya.
"Ini rumahku. Anda siapa?"
"Oh, Anda yang salah rumah, Bung."
Pria itu tertawa kecil, tetapi aku merasa dia seperti mengelabuiku. Maka sebelum dia menutup pintu, aku menubruknya dan segera masuk ke rumah.
Aku tahu ini rumahku, tidak mungkin salah. Aku sudah lama berada di rumah ini selama lima tahun hingga sekarang. Aku berteriak-teriak memanggil Emilia, mencarinya ke seluruh ruangan, tetapi dia tidak ada, putriku juga tidak ada. Kemanakah mereka?