Sesuatu di dalam diriku mengatakan untuk terus menuju ke tempat perjanjian---dan aku melakukannnya. Setiba di Starbuck, aku keluar mobil dan berdiri di area parkir, lalu mengirimkan pesan kepada wanita penjual botol kebahagiaan itu.
"Saya sudah sampai."
"Tunggu sebentar, Pak. Camry hitam saya menuju ke sana."
Lima belas menit menunggunya, mobil yang disebutkannya datang dan mengambil tempat parkir tidak terlalu jauh dari tempatku berdiri. Aku dapat melihat tidak ada orang lain di dalam mobil itu sekaligus menghilangkan ketakutanku akan penculikan.
Seorang wanita keluar dari mobil dan berdiri melihat sekeliling sampai matanya bertemu denganku. Aku mengangguk kecil dan dia menghampiriku seraya tersenyum.
Wanita itu masih muda, mungkin pertengahan dua puluhan. Rambutnya keriting dan dicat dengan warna cokelat terang. Kulitnya putih dan kontras dengan pakaian serba hitam yang dikenakannya. Dia tampak seperti penyihir baik yang mengenakan pakaian penyihir jahat.
"Hari yang menyenangkan. Saya Rosela," katanya sebagai salam, "Andakah yang menelpon saya?"
Aku mengangguk dan dia tersenyum. Senyumnya sungguh manis dan dia memang wanita yang terlihat menarik. Sebagai marketer memang harus menarik kurasa.
Rosela memberiku botol yang sangat kecil seukuran ibu jariku. Di dalam botol itu ada cahaya merah. Setelah kuamati, itu bukan bola lampu melainkan hanya tabung kaca yang bersinar, seperti matahari kecil di siang hari. Aku mengaguminya tanpa berusaha menyembunyikan kekaguman di wajahku. Inikah kebahagiaan yang dimaksud?
"Apa yang harus saya lakukan dengan benda ini?"
"Simpan saja," katanya, "jika ada masalah, kirimi saya pesan." Rosela lantas berbalik arah dan berjalan ke mobilnya.