Pendapat lain menyatakan bahwa penguasa Besuki ketika itu adalah Poerwo Adiwijoyo. Pada tahun 2009, masjid ini dipugar, menara masjid yang sebenarnya hanya terdiri dua tingkat ditambah menjadi empat tingkat. Meskipun demikian, pemugaran tersebut tidak merubah dinding dan bentuk menara di tingkat satu dan dua. Menara ini sekarang difungsikan sebagai menara pengeras suara, dan sebagai ruangan kontrol.
Mungkin tidak banyak yang tahu, bahwa dalam satu scene sejarahnya, Kadipaten Besuki pernah menjadi jaminan gadai. Pada tahun 1770-an, Belanda membutuhkan uang dalam jumlah banyak sehingga menggadaikan wilayah Besuki kepada seorang saudagar Cina muslim di Surabaya yang bernama Han Boei Sing. Ia mengangkat seorang wali dengan pangkat Ronggo di Besuki, hal itu berlanjut hingga sekitar enam Ronggo.Â
Namun justru pada rentang masa pemerintahan para ronggo inilah, pembangunan beberapa item penting di pusat pemerintahan Kadipaten Besuki seperti gedung keresidenan dan kewedanan Besuki serta Masjid Jami' Baiturrahman dilakukan. Hal itu terjadi tepatnya pada sekitaran tahun 1805, ketika Besuki dipimpin oleh seorang Ronggo bernama Suro Adiwijoyo, yang merupakan seorang Cina muslim. Besuki kemudian ditebus kembali oleh Gubernur Jenderal Raffles pada tahun 1813 senilai 618.720 Gulden.
Ketika Indonesia awal merdeka, keberadaan wilayah administratif karesidenan ini masih dipertahankan. Baru sejak tahun 1950-an, wilayah administratif karesidenan dihapus, berikutnya wilayah kabupaten di bawahnya, langsung berada di bawah cakupan wilayah administratif provinsi.Â
Yang tersisa dari sistem karesidenan adalah sistem kode nomor kendaraan bermotor, kendaraan bermotor di wilayah eks-Karesidenan Besuki menggunakan kode plat nomor "P". Adapun Besuki kini turun tingkat menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Situbondo. Masih ada banyak hal berkaitan dengan sejarah Karesidenan Besuki yang tidak semua bisa penulis kupas sekaligus dalam artikel lainnya. Mungkin dalam kesempatan lain penulis akan kupas hal-hal itu dalam artikel lainnya.
Pernah tayang di viva.co.id.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H