Mohon tunggu...
Shulhan Kholidi
Shulhan Kholidi Mohon Tunggu... Jurnalis - SEO Sevendream City

.......................

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Napak Tilas Karesidenan Besuki

18 Juli 2019   13:02 Diperbarui: 18 Juli 2019   14:09 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangunan bekas Kantor Residen Besuki | kemendikbud

Adapun mengenai asal kata "Besuki", satu sumber sejarah menyatakan bahwa kata tersebut terambil dari nama Han Soe Kie, seorang saudagar kaya raya Cina keturunan Dinasti Han yang sangat berpengaruh kala itu, yang juga merupakan seorang muslim. Dia adalah mertua dari Raden Tumenggung Moh Ali Prawirodiningrat, yang lebih dikenal dengan nama Pengeran Kolonel. Adapun Pangeran Kolonel adalah putra dari Raden Asiruddin atau Pangeran Notokusumo I, Bupati Sumenep kala itu. Han Soe Kie amat dihormati oleh masyarakat sekitar, mereka memanggilnya dengan Babah Soe Kie atau Bah Soe Kie. Panggilan tersebut dalam logat pribumi kerap bergeser menjadi Basuki atau Besuki.

Sementara pendapat lain menyatakan bahwa kata "Besuki" diduga berasal dari Bahasa Jerman yakni kata "Besuchen" atau "Besuch" yang artinya membesuk atau menjenguk. Hal ini karena banyak juga tentara Belanda di sana kala itu yang berasal dari Jerman.

Makam Ki Pate Alos Besuki | suara-situbondo.blogspot.com
Makam Ki Pate Alos Besuki | suara-situbondo.blogspot.com
Pada tahun 1764, Kademangan Besuki naik status dari kedemangan menjadi wilayah setingkat kabupaten. Dengan kenaikan status itu wilayah ini, Raden Bagus Kasim Wirodipuro juga dilantik menjadi Patih Kadipaten Besuki. Karena nasabnya yang bersambung dengan trah keluarga Keraton Solo, tidak heran jika Raden Bagus Kasim Wirodipuro mampu fasih berbahasa Jawa tinggi/Jawa halus. Hal ini membuat Raden Bagus Kasim Wirodipuro berikutnya terkenal dengan sebutan "Ki Patih Alus", atau "Ke Pate Alos" dalam Bahasa Madura.

Setelah Ki Pate Alos meninggal, pemerintahan Kabupaten Besuki diteruskan oleh anaknya, yaitu Raden Sahiruddin Wiroastro yang bergelar Wirodipuro II. Ki Pate Alos maupun Raden Sahiruddin dimakamkan di Kauman Barat atau Kampung Arab Besuki. Makam itu kini pada hari-hari tertentu banyak dikunjungi orang untuk ziarah. Pada setiap malam jumat, bahkan diadakan istighasah yang diikuti oleh ratusan jamaah. 

Selain itu, sejarah Ke Pate Alos sebagai tokoh pembabat alas besuki juga diabadikan sebagai ikon Kabupaten Budaya Kabupaten yang dilestarikan lewat momen tahunan yang dikemas dalam rangkaian "Situbondo Culture Festival" yang digelar di Alun-Alun Besuki. Dalam rangkaian Situbondo Culture Festival, selain terdapat Festival Pentas Budaya Ki Pate Alos,  terdapat pula Pasar Rakyat Aneka Kuliner, Festival Maulid Nabi, hiburan panggung Islami, serta Pentas seni dan budaya.

Festival Budaya Situbondo | tribunnews
Festival Budaya Situbondo | tribunnews
Komplek Bangunan Bersejarah di sekitar Alun-Alun Besuki

Alun-Alun Besuki tempo dulu | kota-adiputra.blogspot.com
Alun-Alun Besuki tempo dulu | kota-adiputra.blogspot.com

Di pusat Kecamatan Besuki Situbondo anda dapat menemui alun-alun luas yang menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Besuki di masa silam. Namun sayangnya dokumen sejarah tidak mencatat peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah yang berkaitan dengan alun-alun ini. 

Besuki Di sebelah selatan alun-alun Besuki, di sudut antara Jalan Ijen dan Jalan Raya Besuki, terdapat bekas kantor kewedanan yang sejak tahun 2008 difungsikan menjadi SMA Negeri 1 Besuki. Bangunan dan struktur lamanya adalah berupa bagian yang sekarang digunakan sebagai kantor, pendopo, serta gapura. Sebelum difungsikan sebagai SMA, bangunan ini sempat kosong.

SMAN 1 Besuki | kemendikbud.go.id
SMAN 1 Besuki | kemendikbud.go.id
Tidak jauh dari SMA, tepatnya di Jalan Raya Ringgit No. 3, terdapat sisa bangunan yang dulunya merupakan asrama kepolisian yang masih satu komplek dengan kantor kawedanan. Bangunan itu sejak tahun 2015 difungsikan sebagai SMP 3 Besuki setelah sebelumnya sempat kosong. Bangunan tua itu sekarang menjadi mushala, ruang gamelan di sebelah kanan (timur) dan ruang keterampilan yang di sebelah kiri (barat). Kemudian masih tidak jauh dari alun-alun, tepatnya di Jalan Tanjung No. 1, terdapat sisa bangunan yang dulunya adalah SR (Sekolah Rakyat) Putra. Bangunan yang telah ada sejak tahun 1852 itu kini menjadi SDN I Besuki.

SMPN 3 Besuki | kemendikbud.go.id
SMPN 3 Besuki | kemendikbud.go.id
SDN 1 Besuki | kemendikbud.go.id
SDN 1 Besuki | kemendikbud.go.id
Sementara bangunan kuno bekas kantor karesidenan yang ada di sebelah timur kantor Polsek, nasibnya sempat sangat memprihatinkan. Selain merupakan kantor karesidenan, bangunan yang didirikan sekitar tahun 1803 itu juga merupakan rumah tempat tinggal Residen Besuki. Lantainya yang dulunya terbuat dari marmer Italia kini telah raib tak bersisa. Karena telah lama kosong dan tak terawat, kini menjadi sarang kelelawar. Bangunan itu tampak lapuk, sebagian besar diantaranya bahkan mengalami kerusakan yang cukup parah. Tahun ini bangunan bergaya campuran Eropa dan China ini telah selesai dipugar, rencananya akan difungsikan sebagai Museum Residen Besuki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun