Zayn menaruh jaringnya pada lantai kayu dermaga, kemudian memposisikan dirinya duduk di sebelahku. Menatap pantulan wajahnya dengan rambut berantakan pada ait laut yang tenang.
"Aku gak bisa bilang keajaiban itu ada atau gak. Tapi aku pernah mikir, dengan kita berharap ada keajaiban, kita jadi ada usaha buat bisa bertahan saja keadaan"
"Maksudnya?" Aku tak paham dengan maksud kalimatnya.
"Begini, kamu berharap akan ada keajaiban jika suatu saat Sagara akan kembali. Selagi kamu berharap akan keajaiban, kamu bakal berusaha baik-baik aja, berusaha tegar tanpa Sagara. Ya gak?"
Aku memperhatikan wajahnya lewat pantulannya pada air laut. Aku baru tahu jika ternyata Zayn bisa jadi orang yang bijaksana.
"Tapi kalau ternyata keajaiban itu gak ada?"
"Ambil hikmahnya, Mungkin dengan perginya Sagara, kita bisa mengambil pelajaran tentang pengorbana yang sebenarnya"
Matahari semakin meninggi, sinarnya pun semakin terang. Seakan menyemangati bahwa keajaiban memang benar adanya.
"Dahlah, aku mau pulang dulu"
Aku menatap Zayn yang bangkit berdiri, masih tertegun dengan semua petuahnya barusan yang bijaksana.
"Oh ya, bentar" Belumjauh dariku, Zayn mengambil sesuatu dari dalam jalanya yang kemudian dilemparkan kepadaku.