Galur atau strain Bacillus cereus dapat menghasilkan lebih dari enam jenis toksin. Lima di antaranya adalah enterotoksin dan satunya adalah toksin emetik.Â
Enterotoksin adalah racun yang dihasilkan oleh bakteri atau virus yang mempengaruhi usus halus. Enterotoksin dari B. cereus antara lain enterotoksin T (BceT), enterotoksin FM (EntFM), hemolisin BL (HBL), enterotoksin nonhemolitik (NHE), dan sitotoksin K (CytK atau hemolisin IV).Â
Beberapa strain B. cereus menghasilkan toksin emetik yaitu cereulide.Â
B. cereus juga menghasilkan faktor-faktor virulen yaitu fosfolipase yang merusak membran mamalia dan hemolisin. Â Faktor-faktor virulen adalah struktur-struktur sel atau kemampuan khusus suatu sel yang memampukan suatu mikroorganisme patogen untuk membentuk koloni, menempel pada inang, menginvasi, menekan sistem imun tubuh inang, mengambil nutrisi dari inang, dan mengenali perubahan lingkungannya.Â
Kemampuan menginfeksi setiap strain B. cereus berbeda-beda tergantung dari toksin yang dihasilkan.Â
Berdasarkan kemampuannya menginfeksi, B. cereus dibagi menjadi dua tipe, yaitu jenis yang menyebabkan sindrom emetik dan jenis yang menyebabkan sindrom diare.Â
Sindrom emetik terjadi ketika mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi toksin cereulide yang dihasilkan oleh B. cereus . Gejala sindrom emetik yaitu mual, muntah, badan terasa lemas, dan diare ringan. Sindrom ini dapat dapat muncul 1/2-5 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dan dapat hilang dalam waktu 6-24 jam.Â
Sedangkan tipe sindrom diare terjadi ketika bentuk vegetatif dari B. cereus termakan dan melepaskan enterotoksin di usus halus. Enterotoksin inilah yang menyebabkan sindrom yang lebih parah yaitu mual, nyeri perut, diare yang disertai dengan darah atau lendir, dan terkadang demam. Gejala sindrom diare biasanya muncul 8-16 jam setelah mengonsumsi makanan yang tercemar dan berlangsung selama 12-24 jam.Â
Kedua sindrom tersebut dapat terjadi pada satu pasien secara bersamaan, karena 5% strain B.cereus menghasilkan kedua jenis toksin, baik cereulide maupun enterotoksin. Dalam beberapa kasus, infeksi dapat menjadi semakin parah dan harus segera ditangani oleh dokter.Â
Diperkirakan butuh lebih dari 10.000 B. cereus per gram makanan untuk menghasilkan cereulide yang cukup untuk menghasilkan gejala mual. Namun beberapa penelitian mengatakan jumlah yang lebih sedikit juga dapat menyebabkan seseorang di rawat inap di rumah sakit.Â
Keracunan makanan akibat B. cereus memang jarang mengakibatkan komplikasi dan kematian. Namun kejadian fatal pernah dilaporkan yaitu tiga kematian akibat enterotoksin CytK yang bersifat nekrotik dan kematian karena toksin emetik dalam jumlah besar di dalam saluran pencernaan.Â